Pesbuk Saya

Pesbuk Saya

ASKEP Leukemia dan Pathway


A.   Definisi Leukimia
Leukimia atau biasa disebut dengan kanker darah adalah sebuah sindrom, dimana sel darah putih yang masih imatur berkembang secara abnormal didalam sumsum tulang karena beberapa faktor tertentu. Sel darah putih yang berkembang tersebut akan mendesak dan merusak sumsum tulang dan akhirnya akan keluar dari sumsum tulang dan masuk ke pembuluh darah.
Sehingga sel darah putih imatur tersebut akan beredar ke seluruh tubuh dan akan menyerang sel darah yang lain, bisa juga sel darah putih tersebut masuk ke jaringan dan menyerang organ-organ dan jaringan tertentu sehingga terjadi kerusakan pada organ atau jaringan tersebut, bahkan dapat menyebabkan kematian.

B.   Jenis-jenis Leukemia
1.      Leukemia Mielogenus Akut (LMA)
LMA mengenai sel stem hematopeotik yang kelak berdiferensiasi ke semua sel Mieloid: monosit, granulosit, eritrosit, eritrosit dan trombosit. Semua kelompok usia dapat terkena; insidensi meningkat sesuai bertambahnya usia. Merupakan leukemia nonlimfositik yang paling sering terjadi.
2.      Leukemia Mielogenus Kronis (LMK)
LMK juga di masukkan dalam sistem keganasan sel stem mieloid. Namun lebih banyak sel normal dibanding bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih ringan. LMK jarang menyerang individu di bawah 20 tahun. Manifestasi mirip dengan gambaran LMA tetapi tanda dan gejala lebih ringan, pasien menunjukkan tanpa gejala selama bertahun-tahun, peningkatan leukosit kadang sampai jumlah yang luar biasa, limpa membesar.
3.      Leukemia Limfositik Akut (LLA)
LLA dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi pada anak-anak, laki-laki lebih banyak dibanding perempuan, puncak insiden usia 4 tahun, setelah usia 15 LLA jarang terjadi. Manifestasi limfosit immatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer, sehingga mengganggu perkembangan sel normal.
4.      Leukemia Limfositik Kronis (LLC)
LLC merupakan kelainan ringan mengenai individu usia 50 sampai 70 tahun. Manifestasi klinis pasien tidak menunjukkan gejala, baru terdiagnosa saat pemeriksaan fisik atau penanganan penyakit lain.

C.   Etiologi
Penyebab leukemia belum diketahui secara pasti, tapi beberapa hal yang dapat meningkatkan resiko leukemia antara lain:
1.      Zat kimia seperti benzena, insectisida dan obat-obatan yang digunakan untuk kemoterapi.
2.      Radiasi juga berpengaruh terhadap resiko leukemia tersebut seperti pegawai di radiologi dan radioterapi.
3.      Virus seperti HTLV-1 dan retrovirus juga dapat menyebabkan leukemia.
4.      Kelainan kromosom, seperti pada seseorang yang menderita sindrom down memiliki resiko 20x lebih besar terserang leukemia.

D.   Manifestasi Klinis
1.      Anemia, pada penderita leukemia biasanya akan terjadi anemia karena banyaknya sel darah merah (eritrosit) yang dirusak oleh sel darah putih imatur sehingga tubuh kekurangan darah. Padahal fungsi sel darah merah adalah membawa oksigen dan nutrisi yang diperlukan oleh tubuh untuk metabolisme sel dan menghasilkan energi. Maka pada penderita leukemia orang tersebut akan cenderung terlihat lemah, letih, lesu, mudah capek bahkan terlihat pucat.
2.      Perdarahan, terjadi karena keping darah yang fungsinya untuk pembekuan darah. Sehingga tubuh yang kekurangan keping darah (trombosit) beresiko besar terjadi perdarahan. Biasanya terjadi mimisan, perdarahan pada gusi dan perdarahan gastrointestinal.
3.      Resiko infeksi, pada penderita leukemia sel darah putih imatur yg berkembang sangat cepat sehingga akan mendesak sel darah putih yang normal, sehingga tubuh kekurangan sel darah putih (leukosit) dan beresiko terserang infeksi.
4.      Nyeri perut, terjadi karena organ hati, lambung, ginjal, pankreas, empedu terserang sel darah putih imatur sehingga terjadi peradangan karena kerusakan organ tersebut (hati, lambung, pankreas, ginjal dsb). Maka timbul nyeri pada daerah perut penderita.
5.      Nyeri tulang dan sendi, terjadi karena peradangan sendi dan kerusakan tulang yang disebabkan oleh invasi sel darah putih imatur tersebut.
6.      Pembengkakan yang terdapat pada ketiak atau leher dikarenakan peradangan pada kelenjar getah bening.

E.    Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mengetahui seseorang menderita leukemia atau tidak, atau juga untuk mengukur tingkat keperahannya antara lain:
1.      Pemeriksaan fisik (head to toe) untuk memeriksa pembengkakan yang terjadi pada kelenjar getah bening, limfa, hati dan organ lain di  area abdomen. Juga dilakukan pada area thorax jika sudah terjadi komplikasi pada jantung dan paru-paru.
2.      Pemeriksaan LED atau tes darah, pada penderita leukemia kadar leukosit meningkat sangat tinggi, dan kadar eritrosit, Hb dan trombosit menurun. Selain itu juga untuk mengetahui adanya kelainan pada hati atau ginjal.
3.      Biopsi, prosedur ini dilakukan dengan cara mengambil sumsum tulang dari tulang pinggul atau tulang besar lainnya. Kemudian sumsum tulang tersebut akan diteliti, ada atau tidaknya sel kanker dalam sumsum tulang tersebut.
4.      Sitogenetik, adalah pemeriksaan laboratorium dengan cara mengambil dan memeriksa sel kromosom dari sampel darah tepi, sumsum tulang atau kelenjar getah bening.
5.      Processus spinosus, prosedur ini menggunakan jarum yang panjang dan tipis, yang digunakan untuk mengambil cairan cerebrospinal (yaitu cairan yang mengisi ruang di otak dan di sumsum tulang belakang). Sebelum prosedur ini dimulai pasien akan dilakukan pembiusan lokal terlebih dahulu. Kemudian cairan yang sudah diambil tersebut akan diteliti di laboratorium untuk mengetahui ada atau tidaknya sel leukemia di dalam otak, atau untuk memeriksa penyakit lainnya.
6.      Foto rontgen thorax, untuk mengetahui ada atau tidaknya kelainan di area dada pasien. Seperti pembesaran jantung (kardiomegali), udem paru ataupun penyakit lainnya.
7.      Asam urat serum, pemeriksaan untuk mengetahui kadar asam di dalam darah, atau perubahan pH darah.

F.      Penatalaksanaan
1.      Terapi Biologi
Orang dengan jenis penyakit leukemia tertentu menjalani terapi biologi untuk meningkatkan daya tahan alami tubuh terhadap kanker. Terapi ini diberikan melalui suntikan di dalam pembuluh darah balik.
Bagi pasien dengan leukemia limfositik kronis, jenis terapi biologi yang digunakan adalah antibodi monoklonal yang akan mengikatkan diri pada sel-sel leukemia. Terapi ini memungkinkan sistem kekebalan untuk membunuh sel-sel leukemia di dalam darah dan sumsum tulang. Bagi penderita dengan leukemia myeloid kronis, terapi biologi yang digunakan adalah bahan alami bernama interferon untuk memperlambat pertumbuhan sel-sel leukemia.
2.      Terapi Radiasi
Terapi Radiasi (juga disebut sebagai radioterapi) menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel leukemia. Bagi sebagian besar pasien, sebuah mesin yang besar akan mengarahkan radiasi pada limpa, otak, atau bagian lain dalam tubuh tempat menumpuknya sel-sel leukemia ini. Beberapa pasien mendapatkan radiasi yang diarahkan ke seluruh tubuh. (Iradiasi seluruh tubuh biasanya diberikan sebelum transplantasi sumsum tulang.)
3.      Transplantasi Sel Induk (Stem Cell)
Beberapa pasien leukemia menjalani transplantasi sel induk (stem cell). Transplantasi sel induk memungkinkan pasien diobati dengan dosis obat yang tinggi, radiasi, atau keduanya. Dosis tinggi ini akan menghancurkan sel-sel leukemia sekaligus sel-sel darah normal dalam sumsum tulang. Kemudian, pasien akan mendapatkan sel-sel induk (stem cell) yang sehat melalui tabung fleksibel yang dipasang di pembuluh darah balik besar di daerah dada atau leher. Sel-sel darah yang baru akan tumbuh dari sel-sel induk (stem cell) hasil transplantasi ini.
Setelah transplantasi sel induk (stem cell), pasien biasanya harus menginap di rumah sakit selama beberapa minggu. Tim kesehatan akan melindungi pasien dari infeksi sampai sel-sel induk (stem cell) hasil transplantasi mulai menghasilkan sel-sel darah putih dalam jumlah yang memadai.
4.      Kemoterapi
Terdapat tiga fase pelaksanaan kemoterapi, antara lain:
a.       Fase induksi
Dimulasi 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini diberikan terapi kortikostreroid (prednison), vincristin dan L-asparaginase. Fase induksi dinyatakan behasil jika tanda-tanda penyakit berkurang atau tidak ada dan dalam sumsum tulang ditemukan jumlah sel muda kurang dari 5%.
b.      Fase Profilaksis Sistem saraf pusat
Pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine dan hydrocotison melaui intrathecal untuk mencegah invsi sel leukemia ke otak. Terapi irradiasi kranial dilakukan hanya pada pasien leukemia yang mengalami gangguan sistem saraf pusat.
c.       Konsolidasi
Pada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan unutk mempertahankan remisis dan mengurangi jumlah sel-sel leukemia yang beredar dalam tubuh. Secara berkala, mingguan atau bulanan dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk menilai respon sumsum tulang terhadap pengobatan. Jika terjadi supresi sumsum tulang, maka pengobatan dihentikan sementara atau dosis obat dikurangi.

G.   Pathway Leukimia

H.   Diagnosa
Diagnosa yang mungkin muncul pada penderita leukemia, antara lain:
1.      Perubahan perfusi jaringan b.d penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman O2 atau nutrien ke sel

Intervensi  : awasi tanda vital, kaji pengisian kapiler
Rasional      : memberikan informasi tentang derajat atau keadekuatan perfusi jaringan

Intervensi  : awasi upaya pernafasan
Rasional      : menunjukkan dispnea, karena regangan jantung lama atau peningkatan curah jantung

Intervensi  : selidiki keluhan nyeri dada, palpasi
Rasional      : menunjukkan iskemik seluler mempengaruhi jaringan miokardial atau potensi resiko infark

Intervensi    : awasi pemeriksaan laboratorium misalnya Hb/Ht atau SDM
Rasional      : mengidentifikasi definisi dan kebutuhan pengobatan/respon terhadap terapi

2.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake menurun

Intervensi : Kaji sejauh mana ketidakadekuatan nutrisi klien
Rasional    : menganalisa penyebab melaksanakan intervensi

intervensi   :  Perkirakan / hitung pemasukan kalori, jaga komentar tentang nafsu makan sampai minimal
Rasional    : Mengidentifikasi kekurangan / kebutuhan nutrisi berfokus pada masalah membuat suasana negatif dan mempengaruhi masukan.

Intervensi  :  Timbang berat badan sesuai indikasi
Rasional    : Mengawasi keefektifan secara diet.

Intervensi     : Beri makan sedikit tapi sering
Rasional       : Tidak memberi rasa bosan dan pemasukan nutrisi dapat ditingkatkan.

Intervensi  : Anjurkan kebersihan oral sebelum makan
Rasional    : Mulut yang bersih meningkatkan nafsu makan

Intervensi  : Tawarkan minum saat makan bila toleran.
Rasional    : Dapat mengurangi mual dan menghilangkan gas

Intervensi     : Konsul tetang kesukaan/ketidaksukaan pasien yang menyebabkan distres.
Rasional       : Melibatkan pasien dalam perencanaan, memampukan pasien memiliki rasa kontrol dan mendorong untuk makan.

Intervensi  : Memberi makanan yang bervariasi
Rasional    : Makanan yang bervariasi dapat meningkatkan nafsu makan klien.

3.      Hipertermi b.d infeksi

Intervensi  : kompres dingin
Rasional    : untuk menurunkan suhu tubuh pasien

Intervensi  : anjurkan pasien minum banyak air putih
Rasional      : dengan minum banyak air putih diharapkan suhu pasien akan menurun

Intervensi  : anjurkan pasien memakai pakaian yang tipis, tidak terlalu tebal
Rasional    : dengan memakai pakaian yang tipis diharapkan sirkulasi udara di dalam pakaian akan lancar dan dapat mengurangi panas pada tubuh pasien





























DAFTAR PUSTAKA
http://emweje.com (Online) diakses pada tanggal 10 Januari 2013
http://www.parkwaycancercentre.com/bahasa-indonesia/education/leukemia (Online) diakses pada tanggal 21 Januari 2013
http://nurse-poltekkes.blogspot.com/2012/03/askep-leukemia.html (Online) diakses pada tanggal 21 Januari 2013

Bagikan :
+
Previous
Next Post »
2 Komentar untuk "ASKEP Leukemia dan Pathway"

 
Template By Kunci Dunia
Back To Top