Pesbuk Saya

Pesbuk Saya

Asuhan Keperawatan Hidronefrosis (Gangguan Sistem Perkemihan)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1      LATAR BELAKANG
Hidronefrosis merupakan penggembungan ginjal akibat tekanan balik terhadap ginjal karena aliran air kemih tersumbat. Dalam keadaan normal, air kemih mengalir dari ginjal dengan tekanan yang sangat rendah.Jika aliran air kemih tersumbat, air kemih akan mengalir kembali ke dalam tabung-tabung kecil di dalam ginjal (tubulus renalis) dan ke dalam daerah pusat pengumpulan air kemih (pelvis renalis). Hal ini akan menyebabkan ginjal menggembung dan menekan jaringan ginjal yang rapuh.Pada akhinya, tekanan hidronefrosis yang menetap dan berat akan merusak jaringan ginjal sehingga secara perlahan ginjal akan kehilangan fungsinya.
Pelebaran pelvis renalis yang berlangsung lama dapat menghalangi kontraksi otot ritmis yang secara normal mengalirkan air kemih ke kandung kemih. Jaringan fibrosa lalu akan menggantikan kedudukan jaringan otot yang normal di dinding ureter sehingga terjadi kerusakan yang menetap. Hidronefrosis banyak  terjadi selama kehamilan karena pembesaran rahim menekan ureter. Perubahan hormonal akan memperburuk keadaan ini karena mengurangi kontraksi ureter yang secara normal mengalirkan air kemih ke kandung kemih. Hidronefrosis akan berakhir bila kehamilan berakhir.
Oleh sebab itu untuk mengatasi dan untuk mencegah komplikasi yang ditimbulkan dari hidronefrosis pelu dilakukan penatalaksanaan yang spesifik, yaitu untuk mengidentifikasi dan memperbaiki penyebab obstruksi, untuk menangani infeksi, dan untuk mempertahankan serta melindungi fungsi renal.
1.2      RUMUSAN MASALAH
1.     Pengertian dan etiologi hidronefrosis ?
2.     Patofisiologi dan gejala hidronefrosis ?
3.     Pemeriksaan dan komplikasi hidronefrosis ?
4.     Penanganan dan askep dari hidronefrosis ?
1.3      TUJUAN
Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan dewasa II dan untuk menambah pengetahuan tentang penyakit hidronefrosis serta untuk mengetahui asuhan keperawatan yang sesuai pada pasien dengan hidronefrosis.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1      PENGERTIAN
Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan kaliks ginjal pada salah satu atau kedua ginjal akibat obstruksi. Obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir balik, sehingga tekanan diginjal meningkat. Jika obstruksi terjadi di uretra atau kandung kemih, tekanan balik akan mempengaruhi kedua ginjal, tetapi jika obstruksi terjadi disalah satu ureter akibat adanya batu atau kekakuan, maka hanya satu ginjal saja yang rusak (Smeltzer & Bare, 2002).
Hidronefrosis adalah obstruksi aliran kemih proksimal terhadap kandung kemih dapat mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam pelviks ginjal dan ureter yang dapat mengakibatkan absorbsi hebat pada parenkim ginjal (Sylvia, 1995).
Hidronefrosis adalah pembengkakan ginjal yang terjadi sebagai akibat akumulasi urin di saluran kemih bagian atas. Hal ini biasanya disebabkan adanya penyumbatan disuatu tempat di sepanjang saluran kemih.
2.2      ETIOLOGI
Hidronefrosis biasanya terjadi akibat adanya sumbatan pada sambungan ureteropelvik (sambungan antara ureter dan pelvis renalis):
·      Kelainan structural, misalnya jika masuknya ureter ke dalam pelvis renalis terlalu tinggi
·      Lilitan pada sambungan ureteropelvik akibat ginjal bergeser ke bawah
·      Batu di dalam pelvic renalis
·      Penekanan pada ureter oleh :
1.      Jaringan fibrosa
2.      Arteri atau vena yang letaknya abnormal
3.      Tumor
Hidronefrosis juga bisa terjadi akibat adanya penyumbatan di bawah sambungan ureteropelvik atau karena arus balik air kemih dari kandungan kemih:
a.  Batu di dalam ureter
b.  Tumor di dalam atau di dekat ureter
c.   Penyempitan ureter akibat cacat bawaan , cidera, infeksi, terapi penyinaran atau pembedahan
d.  Kelainan pada otot atau saraf di kandung kemih atau ureter
e.  Pembentukan jaringan fibrosa di dalam atau di sekeliling ureter akibat pembedahan, rontgen atau obat-obatan (terutama metisergid)
f.    Ureterokel (penonjolan ujung bawah ureter ke dalam kandung kemih)
g.  Kanker kandung kemih, leher rahim, rahim, prostat atau organ panggul lainnya
h.  Sumbatan yang menghalangi air kemih dari kandung kemih ke uretra akibat pembesaran prostat, peradangan atau kanker
i.    Arus balik air kemih dari kandung kemih akibat cacat bawaan atau cidera
j.    Infeksi saluran kemih yang berat, yang untuk sementara waktu menghalangi kontraksi ureter.
Kadang hidronefrosis terjadi selama kehamilan akibat pembesaran rahim tertekan ureter. Perubahan hormonal akan memeperburuk keadaan ini karena mengurangi kontraksi ureter yang secara normal mengalirkan air kemih ke kandung kemih. Hidronefrosis akan berakhir bila kehamilam berakhir, meskipun sesudahnya pelvis renalis dan ureter mungkin tetap agak melebar.
Pelebaran pelvis renalis yang berlangsung lama dapat menghalangi kontraksi otot ritmis yang secara normal mengalirkan air kemih ke kandung kemih. Jaringan fibrosa lalu akan menggantikan kedudukan jaringan otot yang normal di dinding ureter sehingga terjadi kerusakan yang menetap.
2.3      PATOFISIOLOGI
Obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir balik, sehingga tekanan di ginjal meningkat. Jika obstruksi terjadi di uretra atau kandung kemih, tekanan balik akan mempengaruhi kedua ginjal, tetapi jika obstruksi terjadi di salah satu ureter akibat adanya batu atau kekakuan maka hanya satu ginjal saja yang rusak.
Obstruksi parsial atau intermiten dapat disebabkan oleh batu renal yang terbentuk di piala ginjal tetapi masuk ke ureter dan menghambatnya. Obstruksi dapat diakibatkan oleh tumor yang menekan ureter atau berkas jaringan parut akibat abses atau inflamasi dekat ureter dan menjepit saluran tersebut. Gangguan dapat sebagai akibat dari bentuk abnormal di pangkal ureter atau posisi ginjal yang salah, yang menyebabkan ureter berpilin atau kaku. Pada pria lansia, penyebab tersering adalah obstruksi uretra pada pintu kandung kemih akibat pembesaran prostat. Hidronefrosis juga dapat terjadi pada kehamilan akibat pembesaran uterus.
Apapun penyebabnya adanya akumulasi urin di piala ginjal akan menyebabkan distensi piala dan kaliks ginjal. Pada saat ini atrofi ginjal terjadi. Ketika salah satu ginjal sedang mengalami kerusakan bertahap, maka ginjal yang lain akan membesar secara bertahap (hipertropi kompensatori), akibatnya fungsi renal terganggu.


Patofisiologi




 
MANIFESTASI KLINIS
Gejalanya tergantung pada penyebab penyumbatan, lokasi penyumbatan serta lamanya penyumbatan
a.     Pasien mungkin asimtomatik jika awitan terjadi secara bertahap. Obstruksi akut dapat menimbulkan rasa sakit dipanggul dan pinggang. Jika terjadi infeksi maka disuria, menggigil, demam dan nyeri tekan serta piuria akan terjadi. Hematuri dan piuria mungkin juga ada. Jika kedua ginjal kena maka tanda dan gejala gagal ginjal kronik akan muncul, seperti:
1.    Hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium).
2.    Gagal jantung kongestif.
3.    Perikarditis (akibat iritasi oleh toksik uremi
4.    Pruritis (gatal kulit).
5.    Butiran uremik (kristal urea pada kulit).
6.    Anoreksia, mual, muntah, cegukan.
7.    Penurunan konsentrasi, kedutan otot dan kejang.
8.    Amenore, atrofi testikuler (Smeltzer dan Bare, 2002).
b.     Jika penyumbatan timbul dengan cepat (hidronefrosis akut), biasanya akan menyebabkan kolik renalis ( nyeri yang luar biasa di daerah antara tulang rusuk dan tulang panggul) pada sisi ginjal yang terkena.
c. Jika penyumbatan berkembang secara perlahan (hidronefrosis kronis), bisa tidak menimbulkan gejala atau nyeri tumpul di daerah antara tulang rusuk dan tulang pinggul).
d.  Nyeri yang hilang timbul terjadi karena pengisian sementara pelvis renalis atau karena penyumbatan sementara ureter akibat ginjal bergeser ke bawah.
e.     Air kemih dari 10% penderita mengandung darah
f.  Sering ditemukan infeksi saluran kemih (terdapat nanah di dalam air kemih), demam dan rasa nyeri di daerah kandung kemih atau ginjal
g.     Jika aliran air kemih tersumbat, bisa terbentuk batu (kalkulus).
h.     Hidronefrosis bisa menimbulkan gejala saluran pencernaan yang samar-samar, seperti mual, muntah dan nyeri perut.
i.       Gejala ini kadang terjadi pada penderita anak-anak akibat cacat bawaan, dimana sambungan ureteropelvik terlalu sempit.
j.       Jika tidak diobati, pada akhirnya hidronefrosis akan menyebabkan kerusakan ginjal dan bisa terjadi gagal ginjal
2.4      KOMPLIKASI
-            Gagal ginjal
-            Batu saluran kemih 
2.5      PEMERIKSAAN
1.     Adanya massa di daerah antara tulang rusuk dan tulang pinggul, terutama jika ginjal sangat membesar.
2.     USG, memberikan gambaran ginjal, ureter dan kandung kemih
3.     Urografi intravena, bisa menunjukkan aliran air kemih melalui ginjal
4.     Sistoskopi, bisa melihat kandung kemih secara langsung
5.     Laboratorium
-           Pemeriksaan darah bisa menunjukkan adanya kadar urea ­ karena ginjal tidak mampu membuang limbah metabolik
2.6      PENATALAKSANAAN
Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi dan memperbaiki penyebab obstruksi, untuk menangani infeksi, dan untuk mempertahankan serta melindungi fungsi renal.
Untuk mengurangi obstruksi urin harus dialihkan dengan tindakan nefrostomi atau tipe diversi lainnya. Infeksi ditangani dengan agen antimikrobial karena sisa urin dalam kaliks menyebabkan infeksi dan pielonefritis. Pasien disiapkan untuk pembedahan untuk mengankat lesi obstruktif (batu, tumor, obstruksi ureter). Jika salah satu ginjal rusak parah dan fungsinya hancur, maka nefrektomi dapat dilakukan.
Pengobatan
a.    hidronefrosis akut
1.    Jika fungsi ginjal telah menurun, infeksi menetap atau nyeri yang hebat, maka air kemih yang terkumpul diatas penyumbatan segera dikeluarkan (biasanya melalui sebuah jarum yang dimasukkan melalui kulit)
2.    Jika terjadi penyumbatan total, infeksi yang serius atau terdapat batu, maka bisa dipasang kateter pada pelvis renalis untuk sementara waktu
b.    hidronefrosis kronik
1.    diatasi dengan mengobati penyebab dan mengurangi penyumbatan air kemih
2.    Ureter yang menyempit atau abnormal bisa diangkat melalui pembedahan dan ujung-ujungnya disambungkan kembali
3.    dilakukan pembedahan untuk membebaskan ureter dari jaringan fibrosa.
Jika sambungan ureter dan kandung kemih tersumbat, maka dilakukan pembedahan untuk melepaskan ureter dan menyambungkannya kembali di sisi kandung kemih yang berbeda
4.    Jika uretra tersumbat, maka pengobatannya meliputi:
  • terapi hormonal untuk kanker prostat
  • pembedahan
  • pelebaran uretra dengan dilator
2.7      Prognosa
Pembedahan pada hidronefrosis akut biasanya jika infeksi dapat dikendalikan dan ginjal berfungsi dengan baik.
Prognosis untuk hidronefrosis kronis belum bisa dipastikan.


ASUHAN KEPERAWATAN
A.        PENGKAJIAN
  • Identitas
  • Keluhan utama : Nyeri yang luar biasa di daerah tulang rusuk dan tulang panggul (akut)
  • Riwayat kesehatan
o  Riwayat kesehatan keluarga :
-       Pada keluarga adakah yang menderita penyakit ginjal atau kelainan-kelainan ginjal (BPH,BSK,Gagal ginjal).
-       Pasien mengatakan nyeri daerah tulang rusuk dan tulang panggul , demam dan mual, muntah,Uremia, pembesaran prostat pada laki-laki.
  • Aktifitas dan istirahat : Kelelahan, kelemahan, malaise.
  • Integritas Ego : Faktor stres,perasaan tidak berdaya, menolak, cemas, marah.
  • Eliminasi : Penurunan frekwensi urin, oliguri, anuri, perubahan warna urin.
  • Makanan/Cairan :  Penurunan BB karena malnutrisi, anoreksia, mual,  muntah.
  • Nyeri/Kenyamanan : Nyeri tekan abdomen, nyeri tulang rusuk dan tulang panggul, gelisah, distraksi.
  • Interaksi Sosial : Tidak mampu bekerja, tidak mampu menjalankan peran seperti biasanya.


B.        DIAGNOSA
1.     Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan obstruksi akut ditandai dengan nyeri tekan pada abdomen.
2.     Gangguan perubahan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi saluran kemih.
3.     Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah.
4.     Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.
C.        INTERVENSI
NO DX
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL
INTERVENSI
RASIONAL
1
Tujuan: Nyeri berkurang sampai hilang
Kriteria hasil:
- Pasien tampak rileks
- Pasien mengungkapkan rasa nyeri berkurang
1.  Kaji tingkat nyeri
2.  Beri penjelasan penyebab nyeri
3.  Ajarkan relaksasi dan distraksi
4.  Kolaborasi pemberian analgetik
1.  mengetahui skala dan kualitas nyeri
2.  meningkatkan pemahaman serta mengurangi kecemasan px dan keluarga
3.  teknik distraksi relaksasi dapat meminimalkan rasa nyeri
4.  analgetik dapat mengurangi rasa nyeri.
2
Tujuan : dapat berkemih dengan jumlah normal
kriteria hasil :
- Intake dan out put seimbang
- tidak mengalami tanda obstruksi
Intervensi
1.  Dorong meningkatkan pemasukan cairan
2.  Tentukan pola berkemih normal dan perhatikan variasi
3.  Observasi perubahan status mental, perilaku atau tingkat kesadaran
4.  Awasi pemeriksaan laboratorium, ureum, creatinin
5.  Selidiki keluhan kandung kemih penuh, palpasi untuk distensi suprapubik.Perhatikan penurunan keluaran urine
1.  Peningkatan hidrasi membilas bakteri darah dan membantu lewatnya batu
2.  biasanya frekuensi meningkat bila Kalkulus mendekati pertemuan uretrovesikal
3.  Akumulasi sisa berkemih dan ketidakseimbangan elektrolit dapat menjadi toksik di ssp
4.  Peningkatan ureum, creatinin mengindikasikan disfungsi ginjal
5.  Retensi urine dapat terjadi, menyebabkan distansi jaringan dan resiko infeksi, gagal ginjal
3
Tujuan : nutrisi terpenuhi dalam
Kriteria hasil :
-Masukan peroral meningkat
-Berat badan dalam rentan normal
-Mual muntah berkurang
1.  Kaji/ catat pemasukan.
2.  Berikan makan sedikit tapi sering.
3.  Berikan pasien/ orang terdekat daftar makanan/ cairan yang diizinkan dandorong terlibat pada pilihan menu.
4.  Timbang berat badan tiap hari.
1.  Membantu mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan diet.
2.  Meminimalkan anoreksia dan mual berhubungan dengan status uremik.
3.  Memberikan pasien tindakan kontrol dalam pembatasan diet. Makanandari rumah dapat meningkatkan nafsu makan.
4.  Pasien puasa/katabolic akan secara normal kehilangan 0,2-0,5 kg/hari.Perubahan kelebihan 0,5 kg dapat menunjukkan perpindahankeseimbangan cairan.
4
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan suhu tubuh klien kembali normal.
Kriteria hasil:
-      suhu tubuh normal (36,8 - 37,2 0C)
-      klien tampak segar dan nyaman.
1.    Monitoring TTV
2.    Beri kompres air biasa
3.    Jaga lingkungan sekitar pasien
4.    Anjurkan keluarga memakaikan baju tipis.
5.    Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat penurun panas,contoh paracetamol
§  Memantau suhu setip saat apakah normal, atau terjadi peningkatan.
§  Menurunkan suhu tubuh sampai batas normal.
§  Pasien tetap nyaman dengan mengatur suhu ruangan.
§  Metabolisme dalam tubuh tidak meningkat.
§  Akan meredakan hipotalamus sebagai pusat mengatur panas sehinggapanas tubuh berangsur-angsur turun.


BAB III
PENUTUP
3.1      KESIMPULAN
Hidronefrosis merupakan obstruksi aliran kemih proksimal terhadap kandung kemih dapat mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam pelviks ginjal dan ureter yang dapat mengakibatkan absorbsi hebat pada parenkim ginjal.  Apabila obstruksi ini terjadi di ureter atau kandung kemih, tekanan balik akan mempengaruhi kedua ginjal tetapi jika obstruksi terjadi disalah satu ureter akibat adanya batu atau kekakuan maka hanya satu ginjal yang rusak. Oleh karena itu untuk mengatasi berbagai masalah yang ditumbulkan oleh hidronefrosis perlu adanya problem solving melalui proses keperawatan. Tujuannya dari penatalaksanaan hidronefrosis adalah untuk mengaktivasi dan memperbaiki penyebab dari hidronefrosis (obstruksi, infeksi) dan untuk mempertahankan dan melindungi fungsi ginjal.Untuk mengurangi obstruksi urin akan dialihkan melalui tindakan nefrostomi atau tipe disertasi lainnya.
3.2      SARAN
  1. Pasien
o    Pasien mampu bekerja sama dalam proses peyembuhan baik dengan timmedis maupun keluarga.
o     Pasien menghindari semua penyebab hidronefrosis.
  1. Keluarga
o    Keluarga ikut berpetran aktif dalam penyembuhan pasien.
o    Keluarga mampu memberikan keperawatn diri.
  1. Perawat
o    Perawat mampu memberikan perawatan optimal untuk pasien hedronefrosis.
o    Perawat sebaiknya mengajarkan kepada keluarga pasien untuk perawatan mandiri dirumah.
o    Perawat dapat membantu pasien dalam proses penyembuhan.


DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E. 1990. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Smaltzer, Suzanne C & Brenda G Bare. Buku Ajar Medikal Bedah edisi 8. Jakarta: EGC
Rina, Amelia. 2011. Askep Hidronefrosis. (Online), (sumber: http://ameliarina.blogspot.com/2011/03/askep-hidronefrosis.html, diakses Mei 2012).
Ira. 2011. ASKEP striktur uretra, hipospodia, hidronefrosis. (Online), (sumber: http://iraners.blogspot.com/2011/06/askep-striktur-uretra.html, diakses Mei 2012)
Bagikan :
+
Previous
Next Post »
0 Komentar untuk "Asuhan Keperawatan Hidronefrosis (Gangguan Sistem Perkemihan)"

 
Template By Kunci Dunia
Back To Top