Keputusan Etis - Keputusan etis adalah keputusan
tentang apa yang benar dan apa yang salah. Karenanya, ia adalah keputusan yang
sering sulit dan rumit. Sementara sikap dan keputusan etis mau tidak mau harus
dilakukan, dan tidak bisa dihindari. Karena ia bagian hidup manusia.
NIM : 2011011193
Pengambilan Keputusan Secara Etis
Sebagian besar
kehidupan kita sehari2 diwarnai oleh pengambilan keputusan secara etis.
Perhatikan situasi berikut. Saat anda selesai bekerja, anda menjemput anak anda
yang masih kecil dari rumah pengasuhnya dan singgah sebentar di sebuah super
market untuk membeli beberapa barang untuk menyambut kedatangan saudara anda
yang akan berkunjung malam ini. Di toko, anda bertemu seorang teman dan anda
berbincang2 sebentar dengannya. Anda berbicara tentang hujan yang tak turun2,
tentang diskon di bagian pakaian dan keinginan untuk potong rambut. Selama itu,
anak anda berjalan melihat2 aneka macam kue di bagian makanan.
Ini kelihatannya peristiwa singkat, namun dalam pikiran anda
terdapat pengambilan keputusan secara etis yang berlanjut berdasarkan nilai2
dasar yang anda yakini. Anda membiarkan anak anda berjalan melihat2 karena anda
ingin ia tumbuh sebagai seorang yang mandiri dan penuh rasa ingin tahu. Teman
anda adalah sahabat yang memberi anda kekuatan dan dukungan selama bertahun2.
Ia pernah mencucikan pakaian anda selama ayah anda sakit selama sebulan. Anda
tahu bahwa anaknya punya masalah dengan narkoba sehingga anda berhati2
berbicara mengenainya sambil mencermati air mukanya dan nada suaranya.
Mendadak anda menghentikan pembicaraan dan berlari
menyelamatkan anak anda yang hampir tertimpa susunan gelas. Disini anda peduli
dan berusaha menyelamatkan seseorang yang anda cintai. Sekali lagi, sebuah
keputusan etis.
1.Lembaga
Filantropi
Lembaga2 filantropi adalah lembaga yang misinya menciptakan
lingkungan sosial yang memungkinkan kreativitas, skill dan pemahaman atas
'hidup yang lebih baik' yang di kembangkan bebas dalam masyarakat. Lembaga ini berbasis
pada keputusan etis untuk mengalirkan energi moral untuk masyarakat. Seperti
yang di ibaratkan sebagai rumah penggilingan oleh Jane Adams.
Sebagai mahluk biologis yang memiliki kecerdasan tinggi,
kita menggunakan seni, budaya dan simbol agama serta upacara2 untuk menunjukkan
perbedaan kita. Plato berkata "penyair mendapat kekuatan mereka dari air
mancur di taman dan bisikan para dewi. Kekuatan itu terbang laksana lebah.
Cahayanya terbang dan suci masuk menjadi inspirasi di luar indera sang penyair.
Dimana ia tak lagi berpikir.". Seperti halnya metafora Plato ini, banyak
organisasi filantropis memakai ekspresi inspirasi suci dengan seni dan agama
untuk menopang masyarakat.
2.Gotong
Royong
"Gotong royong yang sukarela…. adalah sumbangan yang
begitu berharga bagi kehidupan" demikian pendapat Dewey. Beliau menyatakan
bahwa gotong royong adalah sebuah penghargaan atas kesetaraan dalam masyarakat.
Ini adalah lawan dari paksaan atau koersi. "Bergotong royong dengan
memberi mereka yang berbeda, kesempatan untuk berekspresi bukan hanya hak asasi
seseorang, namun juga cara untuk memperkaya pengalaman hidup individu."
Contohnya adalah sumbangan atas korban bencana alam. Bila sumbangan ini
ditentukan penggunaannya hanya oleh penderma, maka ada kemungkinan aset tersebut
tidak bekerja optimal. Sebaliknya, bila terdapat gotong royong untuk
mendistribusikan ayat tersebut untuk fasilitas kesehatan dan perumahan dsb,
efeknya menjadi maksimal. Sang penderma dapat menyetarakan dirinya dengan
penerima sumbangan dan ikut melihat hasil nyata dari sumbangannya. Inilah
gotong royong yang sukarela yang dimaksud oleh Dewey.
3.Simpati
Ada sebuah kasus menarik untuk dibahas mengenai pengambilan
keputusan secara etis. Adolf Eichmann adalah seorang yang normal dalam hal
memiliki integritas tinggi pada pekerjaannya. Tahun 1938, beliau memimpin pusat
emigrasi yahudi dan sangat berhasil dalam menanganinya, terutama dalam
menggalang dana amal untuk membiayai kepulangan kaum yahudi yang miskin. Namun
di masa Hitler, beliau dipekerjakan sebagai bagian imigrasi, yang memulangkan
kembali 11 juta yahudi tersebut ke kamp konsentrasi untuk dibantai. Dan ia sama
sekali tidak merasa bersalah atas hal itu. Menurut Hannah Arendt, yang membahas
secara detil kasus ini, Eichman tidak peduli dengan apapun yang tidak
berhubungan langsung dengan pekerjaannya sebagai kepala bagian transportasi,
baik secara teknis maupun birokrasi.
Ketidak mampuan Eichmann berpikir ari sudut pandang orang
lain jelas terlihat pada perbendaharaan bahasanya yang sangat miskin dan penuh
klise. NAZI memang terkenal dalam keahliannya memanipulasi bahasa. Lihat saja
tulisan di gerbang konsentrasi, "Kerja adalah kebebasan". Atau slogan
SS nya, "Kehormatanku adalah kesetiaanku." Dan slogan dari pusat
pembantaian yahudi di Auschwitz dan treblinka sebagai "Yayasan penyumbang
kepedulian sosial". Kisah Eichmann menunjukkan dimensi dari etika yang
lenyap, yaitu simpati. Ia berpikir bahwa ia membantu yahudi selamat saat
menggiring mereka keluar dari wilayah pendudukan NAZI. Ia tidak dapat memahami
perasaan orang yahudi mengenai tindakannya. Eichmann juga tidak memahami
kegiatannya dalam konteks yang lebih luas. Ia benar2 tidak perduli dengan
kenapa orang2 yahudi itu di kirim dan apa yang akan terjadi pada mereka di
tempat tujuan.
Adalah sebuah hal yang terlihat kecil bagi kita, namun
memiliki dimensi etis yang sama dengan yang dibahas dalam kasus Eickmann,
mengenai masalah yang kita temukan saat ini. Kita tahu bahwa dampak merokok
bagi kesehatan seperti kecanduan, penyakit jantung dan kanker. Namun uang dari
perusahaan rokok, telah mendanai layanan2 vital masyarakat. Sebagai contoh, PT
Gudang Garam telah menyumbang bagi pembangunan kota kediri secara mendasar dari
jalan dan lampu penerangan, sumbangan pembangunan infrastruktur dari lampu
jalan, pembangunan Gedung Nasional, hingga fasilitas umum seperti pasar dan pos
polisi, tetapi juga kontribusi dalam penyediaan lapangan kerja Hingga 3 mobil
antipeluru kepresidenan. Apakah konsisten dengan etika bila organisasi2
kesehatan menerima sumbangan dari sebuah perusahaan rokok?
4.Kesetaraan
Gender
Berapa sering anda menemukan wanita yang digoda laki2 yang
ia tidak kenal di jalan. Sapaan atau perilaku yang melecehkan dan menyerang
secara seksual. Wanita secara fisik lebih lemah dari pria dan cenderung menjadi
korban dalam pelecehan seksual. Parahnya, dinegara dengan hukum islam, wanita
yang diperkosa malah dihukum cambuk. "Tujuh orang pemuda Arab memperkosa
seorang gadis di Arab Saudi, namun ironisnya sang gadis juga dihukum
cambukSelain dihukum cambuk, wanita korban perkosaan tersebut juga dipenjara
selama 6 bulan." Memang sebagian besar pria jelas bukanlah pemerkosa dan
tidak pernah menyerang seorang wanita secara seksual. Namun, kadangkala justru
pria2 ini yang jadi kena getahnya. Adalah rasional bagi wanita untuk bersikap
curiga pada seorang lelaki yang baru ditemuinya. Adalah rasional bagi seorang
wanita untuk mengulur2 waktu dalam mempercayai seorang pria yang sudah
dikenalnya. Anda bisa melihat bagaiamana pandangan curiga seorang wanita kepada
laki2 yang kebetulan berdua bersama dengannya dalam satu lift. Hal tersebut
semata2 keputusan etis yang dipilih oleh wanita dalam lingkungan dimana
kesetaraan gender belum tercapai.
Referensi:
Hannah Arendt. Eichmann in Jerusalem : A report on the
banality of Evil. New York: Penguin. 1994.
Jane Addams. A modern Lear, survey 29, 1912. Cetak ulang
1994.
John Dewey. The Moral writings of John Dewey. Amherst, New
York: PRometheus books. 1994
Marylin Fischer. Ethical fund raising : Deciding what is
right. Advancing philanthropy. 1994
0 Komentar untuk "Keputusan Etis"