Asuhan Keperawatan RINITIS (Radang pada Mukosa Hidung)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rongga
hidung dilapisi oleh mukosa yang secara histologik dan fungsional dibagi atas
mukosa pernapasan (mukosa respiratori) dan mukosa hidung (mukosa olfaktori).
Mukosa pernapasan terdapat pada sebagian besar pada rongga hidung dan
permukaannya dilapisi oleh epitel torak berlapis semu (pseudo stratified
columnar ephitelium) yang mempunyai silia dan diantaranya terdapat sel-sel
goblet.
Alergi hidung adalah keadaan atopi yang aling sering
dijumpai, menyerang 20% dari populasi anak-anak dan dewasa muda di Amerika
Utara dan Eropa Barat. Di tempat lain, alergi hidung dan penyakit atopi lainnya
kelihatannya lebih rendah, terutama pada negara-negara yang kurang berkembang.
Penderita Rhinitis alergika akan mengalami hidung tersumbat berat, sekresi
hidung yang berlebihan atau rhinore, dan bersin yang terjadi berulang cepat.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas mata kuliah
keperawatan medikal bedah
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui tentang penyakit
rhinitis
2. Mengetahui perjalanan penyakit
rhinitis
3. Mengetahui komplikasi rhinitis
4. Mengetahui asuhan keperawatan
penyakit rhinitis
BAB II
KONSEP MEDIS
2.1 Pengertian
Rinitis adalah radang
selaput hidung. Rinitis alergi ditandai dengan gejala kompleks yang terdiri
dari kombinasi dari: Bersin, hidung tersumbat, gatal hidung, dan Rhinorrhea.
Mata, telinga, sinus, dan tenggorokan juga dapat terlibat. Rhinitis alergi adalah
penyebab paling umum dari rhinitis. Ini adalah kondisi yang sangat umum,
mempengaruhi sekitar 20% dari populasi.
Meskipun rinitis alergi bukan
kondisi yang mengancam jiwa, komplikasi dapat terjadi dan kondisi secara
signifikan dapat mengganggu kualitas hidup, yang mengarah pada sejumlah biaya
tidak langsung (http://id.wikipedia.org/wiki/Rhinitis).
Rhinitis adalah
suatu inflamasi ( peradangan ) pada membran mukosa di hidung (Dipiro, 2005).
Rhinitis adalah
peradangan selaput lendir hidung (Dorland, 2002).
Rhinitis adalah
istilah untuk peradangan mukosa. Menurut sifatnya dapat dibedakan
menjadi dua:
- Rhinitis akut (coryza, commond cold) merupakan peradangan membran mukosa hidung dan sinus-sinus aksesoris yang disebabkan oleh suatu virus dan bakteri. Penyakit ini dapat mengenai hampir setiap orang pada suatu waktu dan sering kali terjadi pada musim dingin dengan insidensi tertinggi pada awal musim hujan dan musim semi.
- Rhinitis kronis adalah suatu peradangan kronis pada membran mukosa yang disebabkan oleh infeksi yang berulang, karena alergi, atau karena rinitis vasomotor.
Berdasarkan penyebabkannya :
a.
Rhinitis alergi
Pengertian
Rinitis
alergi adalah penyakit umum yang paling banyak di derita oleh perempuan dan
laki-laki yang berusia 30 tahunan. Merupakan inflamasi mukosa saluran hidung
yang disebabkan oleh alergi terhadap partikel, seperti: debu, asap,
serbuk/tepung sari yang ada di udara. Meskipun bukan penyakit berbahaya yang
mematikan, rinitis alergi harus dianggap penyakit yang serius karena karena
dapat mempengaruhi kualitas hidup penderitanya. Tak hanya aktivitas sehari-hari
yang menjadi terganggu, biaya yang akan dikeluarkan untuk mengobatinya pun akan
semakin mahal apabila penyakit ini tidak segera diatasi karena telah menjadi
kronis.( www. Google.com )
Rhinitis
alergi Adalah istilah umum yang digunakan untuk menunjukkan setiap reaksi
alergi mukosa hidung, dapat terjadi bertahun-tahun atau musiman. (Dorland,2002
)
Etiologi:
Rhinitis alergi
adalah penyakit peradangan yang diawali oleh dua tahap sensitisasi yang diikuti
oleh reaksi alergi. Reaksi alergi terdiri dari dua fase yaitu :
Immediate Phase
Allergic Reaction, Berlangsung sejak kontak dengan allergen hingga 1 jam
setelahnya
Late Phase
Allergic Reaction, Reaksi yang berlangsung pada dua hingga empat jam dengan
puncak 6-8 jam setelah pemaparan dan dapat berlangsung hingga 24 jam.
Berdasarkan cara masuknya allergen dibagi atas :
- Alergen Inhalan, yang masuk bersama dengan udara pernafasan, misalnya debu rumah, tungau, serpihan epitel dari bulu binatang serta jamur
- Alergen Ingestan, yang masuk ke saluran cerna, berupa makanan, misalnya susu, telur, coklat, ikan dan udang
- Alergen Injektan, yang masuk melalui suntikan atau tusukan, misalnya penisilin atau sengatan lebah
- Alergen Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit atau jaringan mukosa, misalnya bahan kosmetik atau perhiasan
Dengan masuknya allergen ke dalam tubuh, reaksi alergi
dibagi menjadi tiga tahap besar :
1. Respon Primer, terjadi eliminasi dan pemakanan
antigen, reaksi non spesifik
2. Respon Sekunder, reaksi yang terjadi spesifik,
yang membangkitkan system humoral, system selular saja atau bisa membangkitkan
kedua system terebut, jika antigen berhasil dihilangkan maka berhenti pada
tahap ini, jika antigen masih ada, karena defek dari ketiga mekanisme system
tersebut maka berlanjut ke respon tersier
3. Respon Tersier , Reaksi imunologik yang tidak meguntungkan
Manifestasi Klinis
1. Bersin berulang-ulang, terutama setelah
bangun tidur pada pagi hari (umumnya bersin lebih dari 6 kali).
2.
Hidung tersumbat.
3.
Hidung meler. Cairan yang keluar dari
hidung meler yang disebabkan alergi biasanya bening dan encer, tetapi dapat
menjadi kental dan putih keruh atau kekuning-kuningan jika berkembang menjadi
infeksi hidung atau infeksi sinus.
4. Hidung
gatal dan juga sering disertai gatal pada mata, telinga dan tenggorok.
5. Badan
menjadi lemah dan tak bersemangat.
Patofisiologi
Tepung sari yang dihirup, spora jamur, dan
antigen hewan di endapkan pada mukosa hidung. Alergen yang larut dalam air
berdifusi ke dalam epitel, dan pada individu individu yang kecenderungan atopik
secara genetik, memulai produksi imunoglobulin lokal (Ig ) E. Pelepasan
mediator sel mast yang baru, dan selanjutnya, penarikan neutrofil, eosinofil,
basofil, serta limfosit bertanggung jawab atas terjadinya reaksi awal dan
reaksi fase lambat terhadap alergen hirupan. Reaksi ini menghasilkan mukus,
edema, radang, gatal, dan vasodilatasi. Peradangan yang lambat dapat turut
serta menyebabkan hiperresponsivitas hidung terhadap rangsangan nonspesifik
suatu pengaruh persiapan. (Behrman, 2000).
O Antihistamin
Antihistamin
yang sering digunakan adalah antihistamin oral. Antihistamin oral dibagi
menjadi dua yaitu generasi pertama (nonselektif) dikenal juga sebagai
antihistamin sedatif serta generasi kedua (selektif) dikenal juga sebagai
antihistamin nonsedatif.
Efek sedative
antihistamin sangat cocok digunakan untuk pasien yang mengalami gangguan tidur
karena rhinitis alergi yang dideritanya. Selain itu efek samping yang biasa
ditimbulkan oleh obat golongan antihistamin adalah efek antikolinergik seperti
mulut kering, susah buang air kecil dan konstipasi. Penggunaan obat ini perlu
diperhatikan untuk pasien yang mengalami kenaikan tekanan intraokuler,
hipertiroidisme, dan penyakit kardiovaskular.
Antihistamin
sangat efektif bila digunakan 1 sampai 2 jam sebelum terpapar allergen.
Penggunaan antihistamin harus selalu diperhatikan terutama mengenai efek
sampingnya. Antihistamin generasi kedua memang memberikan efek sedative yang
sangat kecil namun secara ekonomi lebih mahal.
o Dekongestan
Dekongestan
topical dan sistemik merupakan simpatomimetik agen yang beraksi pada reseptor
adrenergic pada mukosa nasal, memproduksi vasokonstriksi. Topikal dekongestan
biasanya digunakan melalui sediaan tetes atau spray. Penggunaan dekongestan
jenis ini hanya sedikit atau sama sekali tidak diabsorbsi secara sistemik
(Dipiro, 2005). Penggunaan obat ini dalam jangka waktu yang lama dapat
menimbulkan rhinitis medikamentosa (rhinitis karena penggunaan obat-obatan).
Selain itu efek samping yang dapat ditimbulkan topical dekongestan antara lain
rasa terbakar, bersin, dan kering pada mukosa hidung. Untuk itu penggunaan obat
ini memerlukan konseling bagi pasien.
Sistemik
dekongestan onsetnya tidak secepat dekongestan topical. Namun durasinya
biasanya bisa lebih panjang. Agen yang biasa digunakan adalah pseudoefedrin.
Pseudoefedrin dapat menyebabkan stimulasi sistem saraf pusat walaupun digunakan
pada dosis terapinya (Dipiro, 2005). Obat ini harus hati-hati digunakan untuk
pasien-pasien tertentu seperti penderita hipertensi. Saat ini telah ada produk
kombinasi antara antihistamin dan dekongestan. Kombinasi ini rasional karena
mekanismenya berbeda.
o Nasal Steroid
Merupakan obat
pilihan untuk rhinitis tipe perennial, dan dapat digunakan untuk rhinitis
seasonal. Nasal steroid diketahui memiliki efek samping yang sedikit.
Obat yang biasa
digunakan lainnya antara lain sodium kromolin, dan ipatropium bromida.
Operatif : Konkotomi merupakan
tindakan memotong konka nasi inferior yang mengalami hipertrofi berat. Lakukan
setelah kita gagal mengecilkan konka nasi inferior menggunakan kauterisasi yang
memakai AgNO3 25% atau triklor asetat.
Imunoterapi : Jenisnya desensitasi,
hiposensitasi & netralisasi. Desensitasi dan hiposensitasi membentuk
blocking antibody. Keduanya untuk alergi inhalan yang gejalanya berat,
berlangsung lama dan hasil pengobatan lain belum memuaskan. Netralisasi tidak
membentuk blocking antibody dan untuk alergi ingestan.
Macam-Macam Rinitis alergi:
Berdasarkan waktunya, Rhinitis Alergi dapat
di golongkan menjadi:
- Rinitis alergi musiman (Hay Fever)
Biasanya
terjadi pada musim semi. Umumnya disebabkan kontak dengan allergen dari
luar rumah, seperti benang sari dari tumbuhan yang menggunakan angin untuk
penyerbukannya, debu dan polusi udara atau asap.
Gejala:
Hidung,
langit-langit mulut, tenggorokan bagian belakang dan mata terasa gatal, baik
secara tiba-tiba maupun secara berangsur-angsur. Biasanya akan diikuti dengan
mata berair, bersin-bersin dan hidung meler. Beberapa penderita mengeluh sakit
kepala, batuk dan mengi (bengek); menjadi mudah tersinggung dan deperesi;
kehilangan nafsu makan dan mengalami gangguan tidur. Terjadi peradangan pada
kelopak mata bagian dalam dan pada bagian putih mata (konjungtivitis).
Lapisan hidung membengkak dan berwarna merah kebiruan, menyebabkan hidung meler
dan hidung tersumbat.
Pengobatan
Pemberian
antihistamin
kadang disertai dengan dekongestan (misalnya pseudoephedrine
atau fenilpropanolaminn)
untuk melegakan hidung tersumbat. Pemakaian dekongestan pada penderita tekanan
darah tinggi harus diawasi secara ketat.
Bisa
juga diberikan obat semprot hidung natrium kromolin; efeknya terbatas pada
hidung dan tenggorokan bagian belakang. Jika pemberian antihistamin
dan kromolin tidak dapat mengendalikan gejala-gejala, maka diberikan obat
semprot kortikosteroid.
Jika
obat semprot kortikosteroid masih juga tidak mampu meringankan gejala, maka
diberikan kortikosteroid per-oral selama kurang dari 10 hari.
- Rinitis alergi yang terjadi terus menerus (perennial)
Disebabkan
bukan karena musim tertentu ( serangan yang terjadi sepanjang masa (tahunan))
diakibatkan karena kontak dengan allergen yang sering berada di rumah misalnya
kutu debu rumah, bulu binatang peliharaan serta bau-bauan yang menyengat
Gejala
Hidung,
langit-langit mulut, tenggorokan bagian belakang dan mata terasa gatal, baik
secara tiba-tiba maupun secara berangsur-angsur. Biasanya akan diikuti dengan
mata berair, bersin-bersin dan hidung meler. Beberapa penderita mengeluh sakit
kepala, batuk dan mengi (bengek); menjadi mudah tersinggung dan deperesi;
kehilangan nafsu makan dan mengalami gangguan tidur. Jarang terjadi konjungtivitis.
Lapisan hidung membengkak dan berwarna merah kebiruan, menyebabkan hidung meler
dan hidung tersumbat. Hidung tersumbat bisa menyebabkan terjadinya penyumbatan tuba
eustakius di telinga, sehingga terjadi gangguan pendengaran, terutama pada
anak-anak. Bisa timbul komplikasi berupa sinusitis (infeksi sinus) dan polip
hidung.
Pengobatan
Pemberian
antihistamin
kadang disertai dengan dekongestan (misalnya pseudoefedrin
atau fenilpropanolaminn)
untuk melegakan hidung tersumbat. Pemakaian dekongestan pada penderita tekanan
darah tinggi harus diawasi secara ketat.
Bisa
juga diberikan obat semprot hidung natrium kromolin; efeknya terbatas pada
hidung dan tenggorokan bagian belakang. Jika pemberian antihistamin
dan kromolin tidak dapat mengendalikan gejala-gejala, maka diberikan obat
semprot kortikosteroid; tidak dianjurkan untuk memberikan kortikosteroid per-oral
(melalui mulut).
Obat
tetes atau obat semprot hidung yang mengandung dekongestan dan bisa diperoleh
tanpa resep dokter, sebaiknya digunakan tidak terlalu lama karena bisa
memperburuk atau memperpanjang peradangan hidung. Kadang perlu dilakukan
pembedahan untuk membuang polip atau pengobatan terhadap infeksi sinus.
Seseorang dapat
mengalami rhinitis kombinasi antara dua jenis tersebut. Masih ada satu lagi
jenis rhinitis alergi, yaitu : Rhinitis alergi occupational adalah Rhinitis
yang terkait dengan pekerjaan. Paparan allergen didapat di tempat bekerja.
Biasanya dialami oleh orang yang bekerja dekat dengan binatang. (Sheikh, 2008)
- Rhinitis Non Alergi
Pengertian
Rhinitis non allergi disebabkan oleh
: infeksi saluran napas (rhinitis viral dan rhinitis bakterial, masuknya benda
asing kedalam hidung, deformitas struktural, neoplasma, dan massa, penggunaan
kronik dekongestan nasal, penggunaan kontrasepsi oral, kokain dan anti
hipertensif.
Gejala:
Kongesti nasal
Rabas nasal (purulent dengan rhinitis
bakterialis)
Gatal pada nasal
Bersin-bersin
Sakit kepala
Terapi Medik
· Pemberian antihistamin
· Dekongestan
· Kortikosteroid topikal
· Natrium kromolin
Berdasarkan penyebabnya, rhinitis non alergi di golongkan sebagai berikut :
Ø Rinitis vasomotor
Pengertian
Rhinitis
vasomotor adalah terdapatnya gangguan fisiologik lapisan mukosa hidung yang
disebabkan oleh bertambahnya aktivitas parasimpatis.(www. Google.com). Rinitis
vasomotor mempunyai gejala yang mirip dengan rinitis alergisehingga sulit untuk
dibedakan.
Etiologi
Belum
diketahui, diduga akibat gangguan keseimbangan vasomotor. Keseimbangn
vasomotor ini dipengaruhi berbagai hal :
v Obat-obatan yang menekan dan menghambat kerja saraf
simpatis, seperti: ergotamin, klorpromazin, obat antihipertensi, dan obat
vasokontriktor lokal.
v Faktor fisik, seperti iritasi asap rokok, udara dingin,
kelembapan udara yang tinggi, dan bau yang merangsang
v Faktor endokrin, seperti: kehamilan, pubertas, dan
hipotiroidisme
v Faktor psikis, seperti: cemas dan
tegang ( kapita selekta)
Manifestasi klinis
Hidung
tersumbat, bergantian kiri dan kana, tergantung pada posisi pasien. Terdapat
rinorea yang mukus atau serosa, kadang agak banyak. Jarang disertai bersin, dan
tidak disertai gatal di mata. Gejala memburuk pada pagi hari waktu bangun tidur
karena perubahan suhu yang ekstrim, udara lembab, juga karena asap rokok dan
sebagainya.
Berdasarkan gejala yang menonjol, dibedakan
atas golongan obstruksi dan rinorea. Pemeriksaan rinoskopi anterior menunjukkan
gambaran klasik berupa edema mukosa hidung, konka berwarna merah gelap atau merah
tua, dapat pula pucat. Permukaannya dapat licin atau berbenjol. Pada rongga
hidung terdapat sekret mukoid, biasanya sedikit. Namun pada golgongan rinorea,
sekret yang ditemukan biasanya serosa dan dalam jumlah banyak. ( kapita)
Patofisiologi
Rangsangan saraf parasimpatis akan
menyebabkan terlepasnya asetilkolin, sehingga terjadi dilatasi pembuluh darah
dalm konka serta meningkatkan permiabilitas kapiler dan sekresi kelenjar,
sedangkan rangsangan sraaf simpatis mengakibatkan sebaliknya.( kapita)
Pemeriksaan penunjang
Dilakukan pemeriksaaan untuk menyingkirkan kemungkinan
rinitis alergi. Kadang ditemukan juga eosinofil pada sekret kulit tetapi
jumlahnya sedikit. Tes kulit biasnya negatif.
Penatalaksanaan
Di cari faktor yang mempengaruhi keseimbangan vasomotor
dan disingkirkan kemungkinana rhinitis alergi. Terapi bervariasi, tergantung
faktor penyebab dan gejala yang menonjol. Secara umum terbagi atas :
v Menghindari penyebab
v Pengobatan simtomatis, dengan obat
dekongestan oral dan kortikosteroid topikal
v Operasi, dengan bedah beku,
elektrokauter, atau konkotomi konka inferior
v Neurektomi
nervus vidianus sebagai saraf otonom mukosa hidung, jika cara-cara di atas
tidak berhasil. Operasinya tidak mudah dan komplikasinya cukup berat. (kapita )
Pengobatan
Pengobatan
Rinitis Vasomotor bervariasi, tergantung kepada faktor penyebab dan gejala yang
menonjol. Secara garis besar, pengobatan dibagi dalam:
1. Menghindari penyebab / pencetus ( Avoidance therapy )
2. Pengobatan konservatif ( Farmakoterapi ) :
1. Menghindari penyebab / pencetus ( Avoidance therapy )
2. Pengobatan konservatif ( Farmakoterapi ) :
Ø Dekongestan atau obat simpatomimetik
digunakan untuk mengurangi keluhan hidung tersumbat. Contohnya: Pseudoephedrine
dan Phenylpropanolamine (oral) serta Phenylephrine dan Oxymetazoline (semprot
hidung ).
Ø Anti
histamin : paling baik untuk golongan rinore.
Ø Kortikosteroid topikal mengurangi keluhan hidung
tersumbat, rinore dan bersin-bersin dengan menekan respon inflamasi lokal yang
disebabkan oleh mediator vasoaktif. Biasanya digunakan paling sedikit selama 1
atau 2 minggu sebelum dicapai hasil yang memuaskan. Contoh steroid topikal :
Budesonide, Fluticasone, Flunisolide atau Beclomethasone
Ø Anti
kolinergik juga efektif pada pasien dengan rinore sebagai keluhan
utamanya.Contoh : Ipratropium bromide ( nasal spray )
3. Terapi
operatif ( dilakukan bila pengobatan konservatif gagal ) :
Kauterisasi konka yang hipertrofi dengan larutan AgNO3 25% atau triklorasetat pekat ( chemical cautery ) maupun secara elektrik (electrical cautery).
Diatermi submukosa konka inferior (submucosal diathermy of the inferior turbinate )
Bedah beku konka inferior ( cryosurgery )
Reseksi konka parsial atau total (partial or total turbinate resection)
Turbinektomi dengan laser ( laser turbinectomy )
Neurektomi n. vidianus ( vidian neurectomy )
Kauterisasi konka yang hipertrofi dengan larutan AgNO3 25% atau triklorasetat pekat ( chemical cautery ) maupun secara elektrik (electrical cautery).
Diatermi submukosa konka inferior (submucosal diathermy of the inferior turbinate )
Bedah beku konka inferior ( cryosurgery )
Reseksi konka parsial atau total (partial or total turbinate resection)
Turbinektomi dengan laser ( laser turbinectomy )
Neurektomi n. vidianus ( vidian neurectomy )
Ø
Rinitis Medikamentosa
Pengertian
Rhinitis medikamentosa adalah suatu
kelainan hidung berupa gangguan respon normal vasomotor sebagai akibat
pemakaian vasokonstriktor topical (obat tetes hidung atau obat semprot hidung)
dalam waktu lama dan berlebihan, sehingga menyebabkan sumbatan hidung yang
menetap. Dapat dikatakan hal ini disebabkan oleh pemakaian obat
yang berlebihan (Drug Abuse).
Gejala dan Tanda:
Penderita
mengeluh hidungnya tersumbat terus menerus dan berair. Pada pemeriksaan konka
dengan secret hidung yang berlebihan. Apabila diuji dengan adrenalin, adema
konka tidak berkurang.
Terapi:
1. Hentikan pemakaian obat tetes dan sempror hidung.
2. Untuk mengatasi sunbatan berulang, beri kortikosteroit
secara penurunan bertahab dengan menurunkan dosis 5 mg setiap hari.(misalnya
hari 1: 40 mg, hari 2: 35 mg dan seterusnya).
3. Obat dekongestan oral (biasanya
mengandung pseudoefredin). Apabila dengan cara ini tak ada perbaikan setelah 3
minggu pasien dirujuk ke dokter THT.
Ø Rhinitis Atrofi
Pengertian
Rhinitis Atrofi
adalah satu penyakit infeksi hidung kronik dengan tanda adanya atrofi progesif
tulang dan mukosa konka. Secara klinis, mukosa hidung menghasilkan secret
kental dan cepat mongering, sehingga terbentuk krusta berbau busuk. Sering
mengenai masyarakat dengan tingkat social ekonomi lemah dan lingkungan buruk.
Lebih sering mengenai wanita, terutama pada usia pubertas.
Etiologi
Belum jelas,
beberapa hal yang dianggap sebagai penyebabnya seperti infeksi oleh kuman
spesifik, yaitu spesies Klebsiella, yang sering Klebsiella ozanae, kemudian
stafilokok, sreptokok, Pseudomonas aeruginosa, defisiensi Fe, defisiensi
vitamin A, sinusitis kronik, kelainan hormonal, dan penyakit kolagen. Mungkin
berhubungan dengan trauma atau terapi radiasi.
Manifestasi klinis
Keluhan
subyektif yang sering ditemukan pada pasien biasanya nafas berbau (sementara
pasien sendiri menderita anosmia), ingus kental hijau, krusta hijau, gangguan
penciuman, sakit kepala, dan hidung tersumbat.
Pada
pemeriksaan THT ditemukan rongga hidung sangat lapang, konka inferior dan media
hipotrofi atau atrofi secret purulen hijau dan krusta berwarna hijau.
Pemeriksaan penunjang
Dapat dilakukan
transiluminasi, fotosinus para nasal, pemeriksaan mikro organisme uji
resistensi kuman, pemeriksaan darah tepi, pemeriksaan Fe serum, dan serologi
darah. Dari pemeriksaan histo patologi terlihat mukosa hidung menjadi tipis,
silia hilang, metaplasia thoraks menjadi epitel kubik atau gepeng berlapis,
kelenjar degenerasi dan atrofi, jumlahnya berkurang dan bentuknya mengecil.
Penatalaksanaan
Belum adanya
yang baku. Penatalaksanaan ditunjukkan untuk menghilangkan etiologi, selain
gejalanya dapat dilakukan secara konservatif atau operatif. Secara konservatif dapat diberikan
1.
Antibiotic presprektum luas atau sesuaiuji resistensi kuman sampai gejala
hilang.
2.
Obat cuci hidung agar bersih dari krusta dan bau busuk hilang dengan larutan
betadine satu sendok makan dalam 100 cc air hangat
3. Vitamin A 3x50.000 unit selama 2 minggu
4.
Preparat Fe
5. Pengobatan sinusitis, bila terdapat sinusitis.
2.2 Komplikasi
- Polip hidung. Rinitis alergi dapat menyebabkan atau menimbulkan kekambuhan polip hidung.
- Otitis media. Rinitis alergi dapat menyebabkan otitis media yang sering residif dan terutama kita temukan pada pasien anak-anak.
- Sinusitis kronik
- Otitis media dan sinusitis kronik bukanlah akibat langsung dari rinitis alergi melainkan adanya sumbatan pada hidung sehingga menghambat drainase.
Patofisiologi (Pathway) Rinitis/ Radang mukosa hidung
0 Komentar untuk "Apa itu Rhinitis (Radang pada Mukosa Hidung)?"