ARTIKEL
BONE CANCER
(KANKER TULANG)
Untuk
memenuhi tugas mata kuliah Sistem Muskuloskeletal
Nama : Jofan Arya Pratama
Progdi : PSIK Reguler 4a
NIM : 2011011193
PROGAM
STUDI ILMU KEPERAWATAN
STIKES
CENDEKIA UTAMA KUDUS
2013
A.
Definisi
Sarkoma adalah tumor yang berasal dari jaringan penyambung
(Danielle. 1999: 244).
Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma) merupakan neoplasma
tulang primer yang sangat ganas. Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang
tempat yang paling sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang
panjang, terutama lutut (Price. 1998: 1213).
Osteosarkoma (sarkoma osteogenik) merupakan tulang primer maligna yang
paling sering dan paling fatal. Ditandai dengan metastasis hematogen awal ke
paru. Tumor ini menyebabkan mortalitas tinggi karena sarkoma sering sudah
menyebar ke paru ketika pasien pertama kali berobat (Smeltzer.
2001: 2347).
Tempat-tempat yang paling sering
terkena adalah femur distal, tibia proksimal dan humerus proksimal. Tempat yang
paling jarang adalah pelvis, kolumna, vertebra, mandibula, klavikula, skapula,
atau tulang-tulang pada tangan dan kaki. Lebih dari 50% kasus terjadi pada
daerah lutut (Otto.2003: 72).
Sarkoma
Osteogenik (osteosarkoma) merupakan tumor tulang primer maligna yang paling
sering dabn berakibat fatal. Tumor ini menyebabkan metastasis awal pada paru
(Smeltzer Suzanne, 2001: 2347)
B.
Etiologi
a. Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi
b. Keturunan
c. Beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya seperti
penyakit paget (akibat pajanan radiasi).
d. Virus
onkogenik (Smeltzer. 2001: 2347).
C. Manifestasi Klinis
a. Terjadi pada ekstremitas (berupa
pembengkakan)
b. Nyeri (ringan atau berat)
c. Adanya suatu pertumbuhan tulang yang
tidak jelas
d. Sulit terdeteksi serta menimbulkan
kecacatan (terjadi patah tulang)
e.
Defisit neurologik (nyeri progresif,
kelemahan, parestesia, paraplegia, retensio urine)
f. Kompresi korda spinalis
D.
Anatomi
Dan Fisiologi
Tulang paha atau femur
adalah bagian tubuh terbesar dan tulang terkuat pada tubuh manusia.
Ia menghubungkan tubuh bagian pinggul dan lutut. Femur pada ujung bagian atasnya memiliki
caput, collum, trochanter major dan trochanter minor. Bagian caput merupakan lebih
kurang dua pertiga bola dan berartikulasi dengan acetabulum dari os coxae
membentuk articulatio coxae. Pada pusat caput terdapat lekukan kecil yang
disebut fovea capitis, yaitu tempat perlekatan ligamentum dari caput. Sebagian
suplaii darah untuk caput femoris dihantarkan sepanjang ligamen ini dan
memasuki tulang pada fovea.
Bagian collum, yang
menghubungkan kepala pada batang femur, berjalan ke bawah, belakang, lateral
dan membentuk sudut lebih kurang 125 derajat (pada wanita sedikit lebih kecil)
dengan sumbu panjang batang femur. Besarnya sudut ini perlu diingat karena
dapat dirubah oleh penyakit.
Trochanter major dan minor
merupakan tonjolan besar pada batas leher dan batang. Yang menghubungkan dua
trochanter ini adalah linea intertrochanterica di depan dan crista
intertrochanterica yang mencolok di bagian belakang, dan padanya terdapat
tuberculum quadratum.
Bagian batang femur umumnya menampakkan kecembungan ke
depan. Ia licin dan bulat pada permukaan anteriornya, namun pada bagian
posteriornya terdapat rabung, linea aspera. Tepian linea aspera melebar ke atas
dan ke bawah. Tepian medial berlanjut ke bawah sebagai crista supracondylaris
medialis menuju tuberculum adductorum pada condylus medialis. Tepian lateral
menyatu ke bawah dengan crista supracondylaris lateralis. Pada permukaan
posterior batang femur, di bawah trochanter major terdapat tuberositas
glutealis, yang ke bawah berhubungan dengan linea aspera. Bagian batang melebar
ke arah ujung distal dan membentuk daerah segitiga datar pada permukaan posteriornya,
disebut fascia poplitea.
Ujung bawah femur memiliki
condylus medialis dan lateralis, yang di bagian posterior dipisahkan oleh
incisura intercondylaris. Permukaan anterior condylus dihubungkan oleh
permukaan sendi untuk patella. Kedua condylus ikut membentuk articulatio genu.
Di atas condylus terdapat epicondylus lateralis dan medialis. Tuberculum
adductorium berhubungan langsung dengan epicondylus medialis.
E. Patofisiologi
Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma) merupakan neoplasma
tulang primer yang sangat ganas. Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang tempat yang paling sering terserang tumor ini adalah
bagian ujung tulang panjang, terutama lutut.
Penyebab osteosarkoma belum jelas diketahui, adanya
hubungan kekeluargaan menjadi suatu predisposisi. Begitu pula adanya herediter.
Dikatakan beberapa virus onkogenik dapat menimbulkan osteosarkoma pada hewan percobaan.
Radiasi ion dikatakan menjadi 3% penyebab langsung osteosarkoma. Akhir-akhir
ini dikatakan ada 2 tumor suppressor gene yang berperan secara signifikan
terhadap tumorigenesis pada osteosarkoma yaitu protein P53 ( kromosom 17) dan
Rb (kromosom 13).
Lokasi tumor dan
usia penderita pada pertumbuhan pesat dari tulang memunculkan perkiraan adanya
pengaruh dalam patogenesis osteosarkoma. Mulai tumbuh bisa didalam tulang atau
pada permukaan tulang dan berlanjut sampai pada jaringan lunak sekitar tulang
epifisis dan tulang rawan sendi bertindak sebagai barier pertumbuhan tumor kedalam
sendi. Osteosarkoma mengadakan metastase secara hematogen paling sering keparu
atau pada tulang lainnya dan didapatkan sekitar 15%-20% telah mengalami
metastase pada saat diagnosis ditegakkan (Salter, robert: 2006).
Adanya
tumor di tulang menyebabkan reaksi tulang normal dengan respons osteolitik
(destruksi tulang) atau respons osteoblastik (pembentukan tulang).
Beberapa
tumor tulang sering terjadi dan lainnya jarang terjadi, beberapa tidak
menimbulkan masalah, sementara lainnya ada yang sangat berbahaya dan mengancam
jiwa.
Tumor
ini tumbuh di bagian metafisis tulang panjang dan biasa ditemukan pada ujung
bawah femur, ujung atas humerus dan ujung atas tibia. Secara histolgik, tumor
terdiri dari massa sel-sel kumparan atau bulat yang berdifferensiasi jelek dan
sring dengan elemen jaringan lunak seperti jaringan fibrosa atau miksomatosa
atau kartilaginosa yang berselang seling dengan ruangan darah sinusoid.
Sementara tumor ini memecah melalui dinding periosteum dan menyebar ke jaringan
lunak sekitarnya; garis epifisis membentuk terhadap gambarannya di dalam
tulang.
Adanya tumor pada tulang menyebabkan
jaringan lunak diinvasi oleh sel tumor. Timbul reaksi dari tulang normal dengan
respon osteolitik yaitu proses destruksi atau penghancuran tulang dan respon
osteoblastik atau proses pembentukan tulang. Terjadi destruksi tulang lokal..
Pada proses osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadi penimbunan
periosteum tulang yang baru dekat lempat lesi terjadi sehingga terjadi
pertumbuhan tulang yang abortif.
F.
Pemerikasaan Penunjang
-
CT
Scan (Computed Tomography Scan)
-
MRI
(Magnetic Resonance Imaging)
-
Biopsi
-
Sinar-x
(foto rontgen)
-
Pemeriksaan
Laboratoruim Darah Lengkap
-
Pemindaian
tulang
-
Mielogram
-
Arteriografi
(Rasjad: 2003)
G.
Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan tergantung pada tipe dan fase dari tumor
tersebut saat didiagnosis. Tujuan penatalaksanaan secara umum meliputi
pengangkatan tumor, pencegahan amputasi jika memungkinkan dan pemeliharaan
fungsi secara maksimal dari anggota tubuh atau ekstremitas yang sakit.
Penatalaksanaan meliputi pembedahan, kemoterapi, radioterapi, atau terapi
kombinasi. Osteosarkoma biasanya ditangani dengan pembedahan dan atau radiasi dan kemoterapi. Protokol
kemoterapi yang digunakan biasanya meliputi adriamycin (doksorubisin) cytoksan
dosis tinggi (siklofosfamid) atau metrotexate dosis tinggi (MTX) dengan
leukovorin. Agen ini mungkin digunakan secara tersendiri atau dalam kombinasi.
Bila terdapat hiperkalsemia, penanganan meliputi hidrasi
dengan pemberian cairan normal intravena, diurelika, mobilisasi dan obat-obatan
seperti fosfat, mitramisin, kalsitonin atau kortikosteroid (Gale. 1999: 245).
b. Tindakan keperawatan
1)
Manajemen nyeri
Teknik
manajemen nyeri secara psikologik (teknik relaksasi napas dalam,
visualisasi, dan bimbingan imajinasi) dan farmakologi (pemberian analgetik).
2)
Mengajarkan mekanisme koping yang efektif
Motivasi
klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan mereka, dan berikan dukungan
secara moril serta anjurkan keluarga untuk berkonsultasi ke ahli psikologi atau
rohaniawan.
3)
Memberikan nutrisi yang adekuat
Berkurangnya
nafsu makan, mual, muntah sering terjadi sebagai efek samping kemoterapi dan
radiasi, sehingga perlu diberikan nutrisi yang adekuat. Antiemetik dan teknik
relaksasi dapat mengurangi reaksi gastrointestinal. Pemberian nutrisi
parenteral dapat dilakukan sesuai dengan indikasi dokter.
4)
Pendidikan kesehatan
Pasien
dan keluarga diberikan pendidikan kesehatan tentang kemungkinan terjadinya
komplikasi, program terapi, dan teknik perawatan luka di rumah (Smeltzer.
2001: 2350).
5)
Jika
diperlukan traksi, Prinsip Perawatan Traksi
a)
Berikan tindakan kenyamanan (contoh: sering ubah posisi,
pijatan punggung) dan aktivitas terapeutik.
b) Berikan obat sesuai indikasi contoh analgesik relaksan
otot.
c) Berikan pemanasan lokal sesuai indikasi.
d)
Beri penguatan pada balutan awal / pengganti sesuai
dengan indikasi, gunakan teknik aseptic dengan tepat.
e) Pertahankan linen klien tetap kering, bebas keriput.
f) Anjurkan klien menggunakan pakaian katun longgar.
g)
Dorong klien untuk menggunakan manajemen stress, contoh:
bimbingan imajinasi, nafas dalam.
h) Kaji derajat imobilisasi yang dihasilkan
i)
Identifikasi tanda atau gejala yang memerlukan evaluasi
medik, contoh: edema, eritema.
Tujuan
dari penatalaksanaan adalah untuk menghancurkan atau mengankat jaringan maligna
dengan menggunakan metode yang seefektif mungkin.
Secara
umum penatalaksanaan osteosarkoma ada dua, yaitu:
a.
Pada
pengangkatan tumor dengan pembedahan biasanya diperlukan tindakan amputasi pada
ekstrimitas yang terkena, dengan garis amputasi yang memanjang melalui tulang
atau sendi di atas tumor untuk control lokal terhadap lesi primer. Beberapa
pusat perawatan kini memperkenalkan reseksi lokal tulang tanpa amputasi dengan
menggunakan prosthetik metal atau allograft untuk mendukung kembali penempatan
tulang-tulang.
b.
Kemoterapi
Obat yang digunakan termasuk dosis tinggi
metotreksat yang dilawan dengan factor citrovorum, adriamisin, siklifosfamid,
dan vinkristin.
H.
Komplikasi
a.
Akibat langsung: Patah
tulang
b. Akibat tidak langsung:
Penurunan berat badan, anemia, penurunan kekebalan tubuh
c.
Akibat
pengobatan: Gangguan saraf tepi, penurunan kadar sel darah, kebotakan pada
kemoterapi.
I. Diagnosa Keperawatan
a.
Gangguan rasa nyaman nyeri b/d
proses patologik dan pembedahan
b.
Resiko tinggi terjadi injury b/d
fraktur patologik yang berhubungan dengan tumor
c.
Gangguan harga diri b/d hilangnya
bagian tubuh atau perubahan peran
d.
Kurangnya pengetahuan diri b/d
kurangnya pengetahuan mengenai proses penyakit dan program terapi (Dongoes:
1999, hal.1000)
J. Intervensi Keperawatan
a. Dx I
Tujuan:
Klien dapat beradaptasi dengan nyeri
Intervensi:
- Beri penjelasan kepada klien tentang cara mengatasi nyeri
dan penyebab nyeri
- Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi
- Monitor TTV
- Kolaborasi dalam pemberian analgetik
b. Dx II
Tujuan: Tidak terjadi injury
(cidera)
Intervensi:
- Jelasklan kepada klien tentang cara mengatasi dan terjadinya
injury
- Batasi Aktivitas
c.
Dx III
Tujuan: Peningkatan harga diri dan tidak terjadi komplikasi
Intervensi:
- Memberikan
motivasi kepada klien
- Melibatkan
peran keluarga
d.
Dx IV
Tujuan:
Klien dapat memahami tentang proses penyakit dan program terapi
Intervensi:
- Jelaskan kepada klien tentang proses penyakit dan program
terapi
- Beri motivasi klien untuk mematuhi program terapi
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddart. 2001. Keperawatan Medikal Bedah.
Vol 3. Ed 8. Jakarta: EGC
Doengoes, Marilynn E. Et al. 1999, Rencana Asuhan Keperawatan.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Dongoes,
Marylin. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC
Price, Sylvia Anderson. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC
Reeves, J. Charlene. Et al. 2001. Keperawatan Medikal Bedah.
Ed. I. Salemba medika. Jakarta
Smeltzer Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan medical
bedah. Jakarta : EGC
Tucker, Susan Martin et al.1999, Standar Perawatan Pasien Edisi
V Vol 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC
PATHWAY BONE CANCER /
OSTEOSARKOMA
Nama : Jofan Arya
Pratama
Progdi : PSIK Reguler 4a
NIM : 2011011193
0 Komentar untuk "Kanker Tulang (Bone Cancer) atau Osteosarkoma"