Pesbuk Saya

Pesbuk Saya

LAPORAN PENELITIAN -- FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIASAAN MEROKOK PADA MAHASISWA STIKES CENDEKIA UTAMA KUDUS



LAPORAN PENELITIAN
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Penelitian
Dosen pengampu: Ns.Biyanti Dwi Winarsih,S.Kep.,M.Kep.



Kelompok 2
Anggota:
1.      Jofan Arya Pratama
2.      Nur Arif Puji Hidayat
3.      Rifki Rizqi Riana Putri
4.      Tri Jamilatul
5.      Verra Ayu Andraini
PSIK Reguler 5 A


 
PROGAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CENDEKIA UTAMA KUDUS
2013


BAB I
PENDAHULUAN


1.1              Latar Belakang
Berdasarkan data dari badan kesehatan Dunia WHO 2008, menyebutkan satu dari sepuluh kematian pada orang dewasa disebabkan karena kebiasaan merokok, dimana rokok ini membunuh hampir 5 juta orang setiap tahunnya. Jika hal ini berlanjut, maka dipastikan bahwa 10 juta orang akan meninggal karena rokok pertahunnya pada tahun 2020, dengan 70% kasus terjadi di Negara berkembang seperti di Indonesia. Pada tahun 2005 terdapat 5,4 juta kematian akibat merokok atau rata-rata 1 kematian setiap 6 detik. Bahkan pada tahun 2030 diperkirakan jumlah kematian mencapai angka 8 juta. Merokok juga merupakan jalur yang sangat berbahaya menuju hilangnya produktivitas dan hilangnya kesehatan. Menurut Tobacco Atlas yang diterbitkan oleh WHO, merokok adalah penyebab bagi hampir 90% kanker paru, 75% penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), dan juga menjadi 25% penyebab dari serangan jantung.
Sedangkan menurut WHO, saat ini Indonesia menduduki peringkat ke-3 dengan jumlah perokokterbesar didunia setelah Cina dan India. Data tahun 2010 menunjukkan prevalensi merokok saat ini sebesar 34,7% dari jumlah tersebut 76,6% merokok didalam rumah bersama anggota keluarga yang lain (depkes, 2010).
Sudah menjadi hal umum bahwa merokok merupakan kebiasaan yang bisa memberi pengaruh buruk terhadap kesehatan. Meskipun demikian, jumlah perokok masih sangat tinggi dan bahkan berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 jumlah kematianterkait rokok diperkirakan sebanyak 190.260 kasus.
Selain data Riskesdas 2010, data Badan Penelitian dan Pengembangan kesehatan pada tahun 2012 juga mengungkapkan fakta mengenai 5 jenis penyakit terbanyak terkait rokok, antara lain penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), jantung koroner, stroke, BBLR, dan tumor paru, bronkus dan trakea. Dari total 384.058 total kasus penyakit, terdapat 183.680 kasus PPOK, 53.740 kasus jantung koroner, 47.600 kasus stroke, 47.546 kasus bayi berat lahir rendah, 19.810 kasus tumor paru, bronkus dan trakea. Meskipun jumlah kasus tertinggi pada PPOK, namun jumlah kematian terbanyak justru akibat kasus stroke dan BBLR. Jumlah kematian terkaitrokok pada tahun 2010 diperkirakan 190.260 kasus atau 12,7% dari total kematian pada tahun yang sama, yaitu sekitar 1.539.288 orang (http://lakesmil.com/read/nasional/6390/riskesdas-2010-kematian-terkait-rokok-diperkirakan-190260-kasus/#.Um9Iq1Ouhog).
Meningkatnya penderita penyakit tersebut disebabkan oleh buruknya perilaku hidup sehat dan semakin buruknya kondisi lingkungan. Salah satu perilaku yang memberikan kontribusi besar terhadap penderita penyakit tidak menular adalah perilakumerokok. Presentase merokok setiap hari bagi penduduk umur diatas 10 tahun secara nasional sebanyak 23,7%.
Penduduk jawa tengah termasuk salah satu dari 17 provinsi yang prevalensi merokok setiap hari diatas rata-rata prevalensi merokok setiap hari tingkat nasional. Kabupaten Temanggung dan Wonosobo termasuk 10 kabupaten/kota di Jawa Tengah yang prevalensi merokoknya sebesar, yakni 36,2% dan 34,6% (Riskesdas, 2007). Penduduk umur 10 tahun keatas di Jawa Tengah rata-rata kebiasaan merokok (Riskesdas, 2007) adalah: (1) merokok setiap hari 24,3%, (2) merokok kadang-kadang 6,4%, (3) mantan perokok 3,6%, dan (4) bukan perokok 65,7%. Kabupaten/kota yang presentasi penduduknya merokok tinggi, adalah: Temanggung (36,2%), Wonosobo (34,6%), Banjarnegara (32,2%), Cilacap (31,1%). Presentasi perokok sedang adalah: Sragen (20,4%), Grobogan (21,4%), Karanganyar (22,5%). Presentasi perokok rendah dikota Pekalongan (16,8%), Surakarta (17,7%), Jepara (20,0%). Jumlah rokok yang dihisap penduduk rata-rata mencapai 8,9 batang perhari.
Menurut kelompok umur penduduk umur 10 tahun keatas di Jawa Tengah yang merokok saat ini (Riskesdas, 2007), adalah : (1) kelompok umur 10-14 tahun yang merokok sebanyak 3%. (2) umur 15-24 tahun sebanyak 26%, (3) umur 25-34 tahun sebanyak 33,1%, (4) umur 35-44 tahun sebanyak 32,9%, (5) umur 45-54 tahun sebanyak 37,4%, (6) umur 55-64 tahun sebanyak 41,9%,(7) umur 65-74 tahun sebanyak 43,5%, dan (8) umur diatas 75 tahun sebanyak 43,8%. Kecenderungannya jumlah perokok semakin bertambah selaras dengan bertambahnya umur pada kondisi saat ini. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan penyuluhan tentang bahaya merokok masih belum dirasakan pengaruhnya oleh komunitas masyarakat pada umumnya, sehingga prevalensi merokok dari tahun ke tahun masih relative tinggi, setidaknya perokok masih dirasakan kenikmatannya secara pribadi.
Rokok merupakan benda beracun yang memberikan efek samping dan memberikan sugesti, namun dibalik itu terkandung bahaya besar bagi perokok aktif maupun perokok pasif. Dalam kaitannya dengan bidang kesehatan, konsumsi produk tembakau terutama rokok menjadi masalah tersendiri, karena dalam produk tembakau yang terbakar, asap rokok mengandung kurang lebih 4000 zat kimia yang mengandung racun berbahaya. Diantaranya 200 jenis beracun dan 43 jenis lainnya dapat menyebabkan penyakit kanker pada tubuh. Zat dalam rokok dan asap rokok yang berbahaya adalah : TAR (Total Antioxidant Reactivity) yang bersifat karsinogenik, Nikotin yang bersifat adiktif dan karbonmonoksida (http://gerbangtani.org/index.pl?mn=hasil&sesi=pvw&iduser=107).
Merokok merupakan masalah yang belum bisa terselesaikan hingga saat ini. Merokok sudah melanda berbagai kalangan, dari anak-anak sampai orang tua, laki-laki maupun perempuan. Berdasarkan riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2010, sekitar 34% atau sebanyak 80 juta penduduk Indonesia adalah perokok (Dimyati, 2011).
Perilaku merokok dilihat dari berbagai sudut pandang sangat merugikan, baik untuk diri sendiri maupun orang di sekitarnya. Pada waktu merokok, seseorang menghisap kurang lebih 4000 bahan kimia yang berbahaya (Kuncoro, 2007). Bahan berbahaya tersebut adalah nikotin, tar, karbonmonoksida, serta bahan kimia beracun lainnya. Nikotin menyebabkan ketergantungan atau adiksi. Tar (benzopiren, piren) bersifat karsogenik. Karbon monoksida mempunyai afinitas yang sangat kuat terhadap hemoglobin sehingga kadar oksigen dalam darah menjadi berkurang.
Beberapa zatkandungan berbahaya yang ada di rokok lainnya dikenal mempunyai efek yang merugikan tulang dan kulit. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut: sianida, benzene, cadmium, methanol, asitelena, ammonia, formaldehida, hydrogen sianida, serta arsenic. Sianida adalah senyawa kimia yang mengandung kelompok cyano. Benzene juga dikenal sebagai bensol merupakan senyawa kimia organik yang mudah terbakar dan cairan tidak berwarna. Cadmium sebuah logam yang sangat beracun radioaktif yang ditemukan baterai. Methanol (alkohol kayu) adalah alkohol yang paling sederhana yang juga dikenal sebagai metil alkohol. Asetilena (bahan bakar yang digunakan dalam obor las) merupakan senyawa kimia tak jenuh yang juga merupakan hidrokarbon alkuna yang paling sederhana. Amonia ditemukan dimana-mana dilingkungan tetapi sangat beracun dalam kombinasi dengan unsur-unsur tertentu. Formaldehida cairan yang sangat beracun yang digunakan untuk mengawetkan mayat. Hidrogen sianida adalah racun yang digunakan sebagai fumigan untuk membunuh semut. Hydrogen sianida juga digunakan sebagai zat pembuat plastik dan peptisida. Arsenik adalah bahan yang terdapat dalam racun tikus (Kuncoro, 2007).
Selain itu, rokok dapat menyebabkan banyak penyakit seperti stroke, tekanan darah tinggi, dan lain-lain (Addianti, 2012). Sari (2007) menuliskan bahwa di Dunia setiap tahunnya ditemukan 2,2 juta kematian akibat penyakit paru obstruksi kronik (PPOK). Penyakit itu mereka dapat dari kebiasaan merokok ini setiap tahun akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah perokok. WHO memperkirakan pada tahun 2030 kelak jumlah kematian akibat merokok di Dunia mencapai 10 juta jiwa setiap tahunnya dan akan didominasi oleh Negara-negara berkembang. Selain itu kematian juga lebih banyak dialami oleh perokok berat (Sari, 2007).
Merokok juga menimbulkan dampak negative bagi perokok pasif. Perokok pasif menghisap zat yang terkandung dalam asap rokok lebih banyak daripada perokok aktif. Perokok pasif menghisap 2 kali lebih banyak nikotin, 5 kali lebih banyak karbon monoksida, 3 kali lebih banyak tar, dan 50 kali lebih zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan (Mulansi, 2012). Resiko yang ditanggung perokok pasif lebih berbahaya daripada perokok aktif karena daya tahan terhadap zat-zat yang berbahaya sangat rendah (Safarino, 1994).
Selain dampak langsung yang merugikan terhadap kesehatan, rokok juga memiliki dampak ekonomi yang juga sangat merugikan. Dampak kesehatan akibat tembakau sebesar Rp. 127,4 triliun sedangkan penerima cukai hanya sebesar Rp. 16 triliun (Giyanto, 2011). Sehingga dapat disimpulkan bahwa biaya kesehatan akibat konsumsi tembakau lebih besar (7,5 kali lipat) dari penerima cukai rokok.
Mahasiswa yang disebut dengan agent of change, iron stock masih sangat sedikit apresiasinya dalam upaya mengkampanyekan dan menolak rokok. Namun, konsumsi rokok dikalangan mahasiswa Indonesia cenderung meningkat setiap tahunnya. Terjadi kenaikan yang cukup signifikan dari rata-rata frekuensi merokok dikalangan mahasiswa ditahun 2009, yakni 24,5% mahasiswa dan 2,3% mahasiswi (Dimyati, 2011). Natalia (2011) menemukan saat ini prevelensi merokok usia 15 tahun ke atas mengalami kenaikan dari 27% tahun 1995 mencapai 34,7% pada tahun 2010. Jumlah perokok laki-laki dewasa pada tahun 1995 mencapai 53%. Namun, pada tahun 2010, jumlah perokok pria meningkat menjadi 66% (Natalia, 2011). Sementara itu, jumlah perokok perempuan pada tahun 1995 tercatat sebesar 1,7% dan meningkat menjadi 4,2% pada tahun 2010 (Natalia, 2011).
Banyak faktor yang dapat menyebabkan mahasiswa merokok. Mahasiswa yang rata-rata berusia 18-21 tahun masih tergolong usia remaja. Teori Erikson mengatakan bahwa masa remaja merupakan masa dimana seseorang sedang mencari jati diri. Namun, upaya yang dilakukan tidak semua dapat berjalan sesuai harapan masyarakat. Sebagian dari mereka melakukan perilaku merokok sebagai cara kompensatoris. Menurut Mu’tadin (2002) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku merokok. Beberapa faktor tersebut adalah karena pengaruh lingkungan orangtua, pengaruh teman, faktor kepribadian dan karena iklan (Natalia, 2011).
Orang Tua, salah satu temuan tentang remaja perokok adalah bahwa anak-anak muda yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya dan memberikan hukuman fisik yang keras lebih mudah untuk menjadi perokok dibanding anak-anak muda yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang bahagia. Remaja yang berasal dari keluarga konservatif yang menekankan nilai-nilai sosial dan agama dengan baik dengan tujuan jangka panjang lebih sulit untuk terlibat dengan rokok/tembakau/obat-obatan dibandingkan dengan keluarga yang permisif dengan penekanan pada falsafah “kerjakan urusanmu sendiri-sendiri”, dan yang paling kuat pengaruhnya adalah bila orang tua sendiri menjadi figur contoh yaitu sebagai perokok berat, maka anak-anaknya akan mungkin sekali untuk mencontohnya. Perilaku merokok lebih banyak di dapati pada mereka yang tinggal dengan satu orang tua (single parent). Remaja akan lebih cepat berperilaku sebagai perokok bila ibu mereka merokok dari pada  ayah yang merokok, hal ini lebih terlihat pada remaja putri.
Pengaruh Teman, berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga dan demikian sebaliknya. Dari fakta tersebut ada dua kemungkinan yang terjadi, pertama remaja tadi terpengaruh oleh teman-temannya atau bahkan teman-teman remaja tersebut dipengaruhi oleh diri remaja tersebut yang akhirnya mereka semua menjadi perokok. Diantara remaja perokok terdapat 87% mempunyai sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat yang perokok begitu pula dengan remaja non perokok.
Faktor Kepribadian, orang mencoba untuk merokok karena alasan rasa ingin tahu yang besar atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari kebosanan. Masa remaja memang masa yang labil bagi remaja sehingga sesuatu yang tabu sekalipun ingin mereka coba.
Pengaruh Iklan, melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour, membuat  remaja seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan tersebut. Jadi yang paling memegang peranan penting dalam pertumbuhan remaja untuk mencari jati diri pribadi adalah orang tua yang merupakan lingkungan terdekat bagi remaja itu sendiri (Natalia, 2011).
Berdasarkan hasil survei tentang perokok di STIKES Cendekia Utama Kudus dengan sampel 56 responden yang keseluruhannya adalah mahasiswa (dipilih secara acak) ditemukan bahwa 47 orang pernah mencoba rokok. Tetapi, hanya 27 orang yang menjadi perokok aktif dan 20 orang memutuskan untuk berhenti merokok. Dari 56 orang, 37 orang mengaku bahwa dalam keluarganya (missal orang tua atau saudara) adalah seorang perokok, dan 55 orang mengaku tema sepergaulannya (mahasiswa) juga sering merokok. Mengingat banyaknya dampak yang ditimbulkan dari perilaku merokok, seharusnya konsumsi merokok pada mahasiswa semakin menurun, apalagi mahasiswa yang berbasis kesehatan, tetapi tidak begitu pada kenyataannya. Dalam kondisi di lapangan peneliti masih menjumpai banyak mahasiswa STIKES CendekiaUtama Kudus yang merokok bahkan di lingkungan kampus.

1.2 Rumusan Masalah
Rokok mengandung 4.000 jenis bahan kimia, 40 jenis diantaranya bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker), dan setidaknya 200 diantaranya berbahaya bagi kesehatan (Triswanto, 2007). Namun, jumlah perokok di Indonesia semakin hari semakin meningkat. Fenomena merokok di berbagai tempat juga sudah sangat mudah dijumpai, termasuk di kalangan mahasiswa laki-laki STIKES Cendekia Utama Kudus angkatan 2013. Mahasiswa sebagai agent of change seharusnya dapat memberikan perilaku yang baik bagi masyarakat. Banyak faktor yang mempengaruhi mahasiswa merokok, yaitu diantaranya pengaruh orang tua, pengaruh teman sebaya, faktor kepribadian, serta pengaruh iklan. Berdasarkan uraian tersebut dan latar belakang penelitian, maka peneliti ingin mengetahui gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada mahasiswa laki-laki STIKES Cendekia Utama Kudus.

1.3             Tujuan Penelitian
Tujuan Umum:
Mengetahui gambaran perilaku merokok pada mahasiswa laki-laki STIKES Cendekia Utama Kudus.
Tujuan Khusus
a.       Mengidentifikasi karakteristik perokok mahasiswa laki-laki STIKES Cendekia Utama Kudus angkatan 2013.
b.      Mengetahui tingkat pengetahuan perokok mahasiswa laki-laki STIKES Cendekia Utama Kudus angkatan 2013 tentang bahaya merokok.
c.       Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada mahasiswa laki-laki STIKES Cendekia Utama Kudus angkatan 2013.




BAB II
LANDASAN TEORI


2.1      Definisi Rokok
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), rokok adalah gulungan tembakau (kira-kira sebesar kelingking) yang dibungkus menggunakan daun nipah atau kertas.
rokok merupakan benda beracun yang memberi efek santai dan sugesti merasa lebih jantan (Mulyadi, 2010).
Rokok adalah suatu silinder dari kertas berukuran panjang antara 70  hingga 120mm (bervariasi tergantung Negara) dengan diameter sekitar 10mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah (Lisa Sabin, 2010).
Merokok merupakan kegiatan menghisap rokok (KBBI, 2008 : 1180).
“Merokok adalah membakar tembakau yang kemudian dihisap asapnya, baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa” (Sitepu, 2000 : 20).
Perokok aktif adalah orang terlibat dalam kegiatan merokok tersebut secara langsung.
Perokok pasif atau terkadang dikenal dengan nama  Involuntary Smoking terkadang dikenal dengan nama adalah suatu istilah yang diberikan bagi mereka yang tidak merokok, namun mereka seolah dipaksa untuk menghirup asap rokok dari perokok aktif yang ada disekeliling mereka (Husaini, 2007 : 99).
Dunia kesehatan menyatakan bahwa merokok memberi dampak negative yang luas bagi kesehatan dan sebagai salah satu penyebab utama timbulnya penyakit kanker paru, penyakit jantung koroner,impotensi, bahkan gangguan kehamilan dan janin. “Menurut WHO 1 juta manusia per tahun di dunia meninggal dikarenakan merokok dan 95% diantaranya oleh karena kanker paru-paru. Kematian karena kanker paru-paru bisa terjadi pada perokok pasif, yaitu janin dalam kandungan ibu perokok, anak-anak dari orang tua perokok dan orang dewasa bukan perokok yang berada dalam lingkungan perokok” ( Surya Sukendro, 2007 : 85 ).

2.2      Kandungan Rokok
Asap akan muncul setiap kali bahan organik, seperti kayu atau daun terbakar dengan tidak sempurna. Begitu pula rokok yang terbakar pasti juga akan mengeluarkan asap. Asap utama adalah asap rokok yang terhisap langsung masuk ke paru-paru perokok lalu dihembuskan kembali. Asap sampingan adalah asap rokok yang dihasilkan oleh ujung rokok yang terbakar.
Setiap batang rokok mengandung lebih dari 4000 jenis bahan kimia, 400 diantaranya beracun dan kira-kira 40 diantaranya bisa menyebabkan kanker (Republika, 2007), diantaranya:
1.      Nikotin, adalah salah satu obat perangsang yang dapat merusak jantung dan sirkulasi darah, nikotin membuat pemakainya kecanduan. Nikotin merangsang otak supaya si perokok merasa cerdas pada awalnya, kemudian ia melemahkan kecerdasan otak.
2.      Tar, adalah cairan dan partikel-partikel kecil yang berasal dari asap rokok yang lengket bersama membentuk bahan yang berwarna hitam kecoklat-coklatan dan bau. Tar mengandung bahan kimia yang beracun, dapat merusak paru-paru dan menyebabkan kanker.
3.      Karbon monoksida (CO), mempunyai daya gabung atau afinitas dengan hemoglobin 220 kali lebih besar dari oksigen. Akibatnya, setiap gas CO di udara dengan cepat diambil oleh hemoglobin darah, sehingga jumlah hemoglobin yang tersedia untuk membawa oksigen pemberi hidup itu ke seluruh sistem jadi berkurang.
4.      Sianida, menghambat penggunaan oksigen di dalam sel.
5.      Benzopyrene, adalah bahan atau substansi yang terdapat di dalam tar dan mengendap di saluran udara: mulut, pangkal tenggorokan, cabang tenggorokan dan paru-paru, serta masih banyak lagi bahan kimia yang beracun berada pada sebatang rokok.

a.       Orang Tua
Salah satu temuan tentang remaja perokok adalah bahwa anak-anak muda yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya dan memberikan hukuman fisik yang keras lebih mudah untuk menjadi perokok dibanding anak-anak muda yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang bahagia. Remaja yang berasal dari keluarga konservatif yang menekankan nilai-nilai sosial dan agama dengan baik dengan tujuan jangka panjang lebih sulit untuk terlibat dengan rokok/tembakau/obat-obatan dibandingkan dengan keluarga yang permisif dengan penekanan pada falsafah “kerjakan urusanmu sendiri-sendiri”, dan yang paling kuat pengaruhnya adalah bila orang tua sendiri menjadi figur contoh yaitu sebagai perokok berat, maka anak-anaknya akan mungkin sekali untuk mencontohnya. Perilaku merokok lebih banyak di dapati pada mereka yang tinggal dengan satu orang tua (single parent). Remaja akan lebih cepat berperilaku sebagai perokok bila ibu mereka merokok dari pada  ayah yang merokok, hal ini lebih terlihat pada remaja putri.

b.      Pengaruh Teman
Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga dan demikian sebaliknya. Dari fakta tersebut ada dua kemungkinan yang terjadi, pertama remaja tadi terpengaruh oleh teman-temannya atau bahkan teman-teman remaja tersebut dipengaruhi oleh diri remaja tersebut yang akhirnya mereka semua menjadi perokok. Diantara remaja perokok terdapat 87% mempunyai sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat yang perokok begitu pula dengan remaja non perokok.

c.       Faktor Kepribadian
Orang mencoba untuk merokok karena alasan rasa ingin tahu yang besar atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari kebosanan. Masa remaja memang masa yang labil bagi remaja sehingga sesuatu yang tabu sekalipun ingin mereka coba.

d.      Pengaruh Iklan
Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour, membuat  remaja seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan tersebut. Jadi yang paling memegang peranan penting dalam pertumbuhan remaja untuk mencari jati diri pribadi adalah orang tua yang merupakan lingkungan terdekat bagi remaja itu sendiri (Danusanto, H. 1991).

Masa remaja yaitu masa di mana terjadinya kelabilan jiwa karena telah memasuki fase dari  anak-anak    menuju   fase   dewasa.   Pada   umumnya   masa   remaja   yaitu  antara 12-21  tahun. Pada perkembangan  manusia,  terdapat  tuntutan – tuntutan  psikologis yang harus dipenuhi,  jika tidak maka  akan  menimbulkan dampak yang berkelanjutan. Remaja pun juga seperti itu, jika tuntutan itu tidak dipenuhi, maka  akan menimbulkan dampak yang signifikan dalam perkembangannya menuju kedewasaan.
Ciri-ciri khusus pada remaja antara lain :
·         pertumbuhan fisik yang sangat cepat
·         emosinya tidak stabil
·         perkembangan seksual sangat menonjol
·         cara berfikirnya bersifat kausalitas (hukum sebab akibat)
·         terikat erat dengan kelompoknya

Pada umumnya masa remaja dapat dibagi 2 periode, yaitu :
1. Periode masa puber usia 12-13 tahun
a. Masa prapubertas : peralihan dari akhir masa kanak-kanak ke masa awal pubertas.
Cirinya :
- tidak suka diperlakukan seperti anak kecil
- mulai bersikap kritis

b. Masa pubertas 14-16 tahun : masa remaja awal, cirinya :
- mulai cemas dengan perubahan fisiknya
- memperhatikan penampilan
- sikapnya tidak menentu/plin plan
- suka berkelompolk dengan teman seumuran

c. Masa akhir pubertas 17-18 tahun : peralihan dari masa pubertas ke masa adolesen, cirinya :
- pertumbuhan fisik sudah mulai matang, tapi kedewasaan psikologisnya belum mencapai sepenuhnya
- proses kedewasaan jasmani remaja putri lebih awal dari remaja putra

2. Periode remaja adolesen usia 19-21 tahun, merupakan masa akhir remaja, cirinya :
- perhatiannya tertutup kepada hal yang realistis
- mulai menyadari kenyataan
- sikapnya mulai jelas tentang hidup
- mulai nampak bakat dan minatnya (Danusanto, H. 1991).



2.5   Hipotesis
Rumusan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Ada hubungan antara pengetahuan bahaya merokok pada tubuh dengan perilaku merokok pada mahasiswa STIKES Cendekia Utama Kudus.
2.      Ada hubungan antara persepsi tentang rokok dengan perilaku merokok pada mahasiswa STIKES Cendekia Utama Kudus.
3.      Ada hubungan antara motivasi untuk merokok dengan perilaku merokok pada mahasiswa STIKES Cendekia Utama Kudus.
4.      Ada hubungan antara perilaku merokok pada mahasiswa dengan kebiasaan merokok pada mahasiswa STIKES Cendekia Utama Kudus
Dan dalam penelitian kali ini peneliti menyatakan bahwa ada hubungan tingkat pengetahuan, persepsi, motivasi, dan perilaku mahasiswa dengan perilaku merokok di STIKES Cendekia Utama Kudus.


TINJAUAN PUSTAKA


Addianti, T.A. (2012). Bahaya rokok. Diunduh pada 29 Februari 2012 dari http://www.yepishare.com/2012/bahaya-rokok.html.
Danusanto, H. (1991). Rokok dan Perokok. Jakarta: Aksara
Dimyati, V. (2011). Perokok aktif terus meningkat. Diunduh pada 30 November 2011 dari http://nasional.jurnas.com/halaman/5/2011-06-01/171643.
Giyanto, A. (2011). Tembakau sangat merugikan. Diunduh dari http://nasional.kompas.com/read/2011/11/03/1512008/tembakau.sangat.merugikan.
Husaini Aiman, 2007. Tobat Merokok rahasia & cara empatik berhenti merokok. Bandung: Pustaka iman
Kamus besar bahasa Indonesia (edisi ke 4) (2008). Jakarta: Gramedia
Kuncoro. (2007). Rokok dan bahayanya. Di unduh pada 6 Maret 2012 dari http://www.kompas.com/read/artikel/rokok_dan_bahayanya.html.
Mulansi, S. (2012). Bahaya merokok bagi perokok aktif maupun pasif. Diunduh pada 18 Maret 2012 dari http://www.resepbunda.biz/2012/01/26/bahaya-rokok-bagi-perokok-aktif-maupun-pasif/
Mulyadi . (2010). Ilmu Kesehatan. Di unduh dari http://mulyadi.student.umm.ac.id?download-as-pdf/umn_blog_article_134.pdf
Mu’tadin, Z (2002). Kemandirian sebagai kebutuhan psikologis pada remaja. Diunduh pada 18 Maret 2012 dari http://www.e-psikologi.com/remaja.050602.html
Natalia, M. (2011). Minimal, ada 65 juta orang merokok tiap hari. Diunduh pada 15 Maret 2012 dari http://nasional.kompas.com/2011/07/27/12081690/Minimal.Ada.65Juta.Orang.Merokok.Tiap.Hari.
Safarino, E.P. (1994). Health psikology. 2th ed. New York: John Wiley & Sons.
Sari, M. (2007). PPOK terjadi karena asap rokok. Diunduh pada 29 November 2011 dari http://wartakota.co.id/detail/berita/2011/06/110617_PPOK_terjadi_karena_asap_rokok.shtml.
Sitepu, M. (2000). Kekhususan Rokok Indonesia. Jakarta:Grasindo
Triswanto, S. (2007). Tentang Rokok. Diunduh pada 20 Maret 2012 dari http://triswanto.com/read/article/2007/10/04/tentang-rokok.html
Bagikan :
+
Previous
Next Post »
1 Komentar untuk "LAPORAN PENELITIAN -- FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIASAAN MEROKOK PADA MAHASISWA STIKES CENDEKIA UTAMA KUDUS"

terimakasih banyak nih, sangat membantu sekali.

 
Template By Kunci Dunia
Back To Top