Nama : Jofan Arya Pratama
NIP : 2011011193
Komunikasi
dalam Pelayanan Kesehatan
1. Pengertian Komunikasi
Komunikasi merupakan proses
kompleks yang melibatkan perilaku dan memungkinkan individu untuk berhubungan
dengan orang lain dan dunia sekitarnya. Nursalam
(2007) menyatakan, komunikasi juga merupakan suatu seni untuk dapat
menyusun dan menghantarkan suatu pesan dengan cara yang mudah sehingga orang
lain dapat mengerti dan menerima maksud dan tujuan pemberi pesan Menurut Potter dan Perry (1993), komunikasi
terjadi pada tiga tingkatan yaitu intrapersonal, interpersonal dan publik.
Makalah ini difokuskan pada komunikasi interpersonal yang terapeutik. Komunikasi interpersonal adalah interaksi yang terjadi antara
sedikitnya dua orang atau dalam kelompok kecil, terutama dalam keperawatan.
Komunikasi interpersonal yang sehat memungkinkan penyelesaian masalah, berbagai
ide, pengambilan keputusan, dan pertumbuhan personal.
2. Prinsip-prinsip Komunikasi
Adapun
prinsip-prinsip komunikasi terapeutik menurut Carl Rogers yaitu :
•
Perawat harus mengenal dirinya sendiri
• Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling
menerima, percaya, dan menghargai
•
Perawat harus memahami, menghayati nilai yang dianut oleh pasien
• Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan
pasien, baik fisik maupun mental
•
Perawat harus dapat menciptakan suasana yang nyaman dan aman bagi pasien
•
Kejujuran dan terbuka
•
Mampu sebagai role model
•
Altruisme
•
Bertanggung jawab
3. Komponen-komponen dalam
Komunikasi
a.
Sender (pemberi pesan): individu yang
bertugas mengirimkan pesan.
b.
Receiver (penerima pesan): seseorang yang menerima pesan. Bisa berbentuk pesan
yang diterima maupun pesan yang sudah diinterpretasikan.
c.
Pesan : informasi yang diterima, bisa berupa kata, ide atau perasaan. Pesan
akan efektif bila jelas dan terorganisir yang diekspresikan oleh si pengirim
pesan.
d.
Media: metode yang digunakan dalam pesan yaitu kata, bisa dengan cara ditulis,
diucapkan, diraba, dicium. Contoh: catatan atau surat adalah kata; bau badan
atau cium parfum adalah penciuman (dicium), dan lain-lain.
e.
Umpan balik: penerima pesan memberikan informasi/ pesan kembali kepada pengirim
pesan dalam bentuk komunikasi yang efektif. Umpan balik merupakan proses yang
kontinue karena memberikan respons pesan dan mengirimkan pesan berupa stimulus
yang baru kepada pengirim pesan.
4. Faktor yang Mempengaruhi
Komunikasi
a.Situasi/suasana
Situasi/suasana
yang hiruk pikuk atau penuh kebisangan akan mempengaruhi baik/tidaknya pesan
diterima oleh komunikan, suara bising yang diterima komunikan saat proses
komunikasi berlangsung membuat pesan tidak jelas, kabur, bahkan sulit diterima.
Oleh karena itu, sebelum proses komunikasi dilaksanakan, lingkungan harus
diciptakan sedemikian rupa supaya tenang dan nyaman. Komunikasi yang
berlangsung dan dilakukan pada waktu yang kurang tepat mungkin diterima dengan
kurang tepat pula. Misalnya, apabila perawat memberikan penjelasan kepada orang
tua tentang cara menjaga kesterilan luka pada saat orang tua sedang sedih,
tentu saja pesan tersebut kurang diterima dengan baik oleh orang tua karena
perhatian orang tua tidak berfokus pada pesan yang disampaikan perawat,
melainkan pada perasaan sedihnya.
b.Kejelasan pesan
Kejelasan
pesan akan sangat mempengaruhi keefektifan komunikasi. Pesan yang kurang jelas
dapat ditafsirkan berbeda oleh komunikan sehingga antara komunikan dan
komunikator dapat berbeda persepsi tentang pesan yang disampaikan. Hal ini akan
sangat mempengaruhi pencapaian tujuan komunikasi yang dijalankan. Oleh karena
itu, komunikator harus memahami pesan sebelum menyampaikannya pada komunikan,
dapat dimengerti komunikan dan menggunakan artikulasi dan kalimat yang jelas.
5. Pentingnya
Komunikasi dalam Pelayanan Kesehatan
Manusia sebagai makhluk sosial tentunya selalu memerlukan
orang lain dalam menjalankan dan mengembangkan kehidupannya. Hubungan dengan
orang lain akan terjalin bila setiap individu melakukan komunikasi diantara
sesamanya. Kepuasan dan kenyamanan serta rasa aman yang dicapai oleh individu
dalam berhubungan sosial dengan orang lain merupakan hasil dari suatu
komunikasi. Komunikasi dalam hal ini menjadi unsur terpenting dalam mewujudkan
integritas diri setiap manusia sebagai bagian dari sistem sosial.
Komunikasi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari
memberikan dampak yang sangat penting dalam kehidupan, baik secara individual
maupun kelompok. Komunikasi yang terputus akan memberikan dampak pada buruknya
hubungan antar individu atau kelompok. Tatanan klinik seperti rumah sakit yang
dinyatakan sebagai salah satu sistem dari kelompok sosial mempunyai kepentingan
yang tinggi pada unsur komunikasi.
Komunikasi di lingkungan rumah sakit diyakini sebagai modal
utama untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang akan ditawarkan kepada
konsumennya. Konsumen dalam hal ini juga menyangkut dua sisi yaitu konsumen
internal an konsumen eksternal. Konsumen internal melibatkan unsur hubungan
antar individu yang bekerja Komunikasi di lingkungan rumah sakit diyakini
sebagai modal utama untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang akan ditawarkan
kepada konsumennya. Konsumen dalam hal ini juga menyangkut dua sisi yaitu
konsumen internal an konsumen eksternal. Konsumen internal melibatkan unsur
hubungan antar individu yang bekerja di rumah sakit, baik hubungan secara
horisontal ataupun hubungan secara vertikal. Hubungan yang terjalin antar tim
multidisplin termasuk keperawatan, unsur penunjang lainnya, unsur adminitrasi
sebagai provider merupakan gambaran dari sisi konsumen internal. Sedangkan
konsumen eksternal lebih mengarah pada sisi menerima jasa pelayanan, yaitu
klien baik secara individual, kelompok, keluarga maupun masyarakat yang ada di
rumah sakit.Seringkali hubungan buruk yang terjadi pada suatu rumah sakit,
diprediksi penyebabnya adalah buruknya sistem komunikasi antar individu yang
terlibat dalam sistem tersebut.
Ellis (2000) menyatakan jika hubungan
terputus atau menjadi sumber stres, pada umumnya yang ditunjuk sebagai
penyebabnya adalah komunikasi yang buruk.Keperawatan yang menjadi unsur
terpenting dalam memberikan pelayanan dalam hal ini perawat berperan sebagai
provider. Fokus perhatian terhadap buruknya komunikasi juga terjadi pada tim
keperawatan.
Hal
ini terjadi karena beberapa sebab diantaranya adalah:
(1)
Lemahnya pemahaman mengenai penggunaan diri secara terapeutik saat melakukan
intraksi dengan klien.
(2)
Kurangnya kesadaran diri para perawat dalam menjalankan komunikasi dua arah
secara terapeutik.
(3)
Lemahnya penerapan sistem evaluasi tindakan (kinerja) individual yang berdampak
terhadap lemahnya pengembangan kemampuan diri sendiri.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka perlu diupayakan suatu
hubungan interpersonal yang mencerminkan penerapan komunikasi yang lebih
terapeutik. Hal ini dimaksudkan untuk meminimalkan permasalahan yang dapat
terjadi pada komunikasi yang dijalin oleh tim keperawatan dengan kliennya.
Modifikasi yang perlu dilakukan oleh tim keperawatan adalah melakukan
pendekatan dengan berlandaskan pada model konseptual sebagai dasar ilmiah dalam
melakukan tindakan keperawatan. Sebagai contoh adalah melakukan komunikasi
dengan menggunakan pendekatan model konseptual proses interpersonal yang
dikembangkan oleh Hildegard E.Peplau.
Fungsi Keperawatan
Keperawatan
yang semula belum jelas ruang lingkupnya dan batasannya ,secara bertahap mulai
berkembang.Keperawatan diartikan oleh pakar keperawatan dengan berbagai cara
dalam berbagai bentuk rumusan,seperti oleh Florence
Nightingale,Goodrich,Imogene King,Virginia Henderson,dsb.
PERAWAT
Sesuai PERMENKES RI NO.1239 Tahun 2001 tentang Registrasi dan Praktik
Perawat, dijelaskan PERAWAT adalah: Seseorang yang telah lulus pendidikan
keperawatan,baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.
PERAN
PERAWAT
Seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap
seseorang, sesuai kedudukannya dalam suatu sistem.
Doheny
( 1982 )mengidentifikasi beberapa elemen peran Perawat Profesional, meliputi
:Care Giver, Client Advocate, Counsellor, Educator, Collaborator, Coordinator,
Change Agent, dan Consultant
FUNGSI PERAWAT suatu pekerjaan yang harus
dilaksanakan sesuai dengan perannya.
Kozier (1991) mengemukakan 3 (tiga) fungsi
perawat : Fungsi Keperawatan mandiri (independen), Fungsi Keperawatan
Ketergantungan (dependen), dan Fungsi Keperawatan kolaboratif (interdependen).
KEPERAWATAN LOKAKARYA NASIONAL tentang
KEPERAWATAN bulan JANUARI 1983 di JAKARTA merupakan awal diterimanya
KEPERAWATAN SEBAGAI SUATU PROFESI.
KEPERAWATAN Adalah : suatu bentuk
pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan,
didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan
bio-psiko-sosial-spiritual yang komprehensif,ditujukan pada individu, keluarga,
dan masyarakat, baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan
manusia.
Dari
pengertian tersebut diatas ada 4 (empat) elemen utama (mayor
elements) yang menjadi perhatian (concern),Yaitu : 1.Keperawatan adalah ilmu
dan kiat -sains terapan (applied science) ,2. Keperawatan adalah profesi yang
berorientasi pada pelayanan _helping health illness problem, 3.
Keperawatan mempunyai empat tingkat klien : individu,keluarga,kelompok,
dan komunitas dan ,4. Pelayanan Keperawatan mencakup seluruh rentang pelayanan
kesehatan-3th level preventions dengan metodologi proskep .
APA
ITU PROFESI…????
Beberapa
pengertian profesi
1. Winsley (1964)
Profesi adalah suatu pekerjaan yang
membutuhkan badan ilmu sebagai dasar untuk pengembangan teori yang sistematis
guna menghadapi banyak tantangan baru, memerlukan pendidikan dan pelatihan yang
cukup lama, serta memiliki kode etik dengan fokus utama pada pelayanan.
2. Schein E. H
(1962)
Profesi merupakan suatu kumpulan atau set
pekerjaan yang membangun suatu set norma yang sangat khusus yang berasal dari perannya
yang khusus di masyarakat.
3. Hughes,E.C (
1963 )
Profesi
merupakan suatu keahlian dalam mengetahui segala sesuatu dengan lebih baik
dibandingkan orang lain (pasien).
Ciri-ciri
profesi menurut Winsley,(1964 ):
1. Didukung
oleh badan ilmu ( body of knowledge ) yang sesuai dengan bidangnya, jelas
wilayah kerja keilmuannya dan aplikasinya.
2. Profesi
diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan yang terencana, terus menerus dan
bertahap
3. Pekerjaan
profesi diatur oleh kode etik profesi serta diakui secara legal melalui
perundang-undangan
4. Peraturan
dan ketentuan yag mengatur hidup dan kehidupan profesi (standar pendidikan dan
pelatihan, standar pelayanan dan kode etik) serta pengawasan terhadap
pelaksanaan peraturan-peraturan tersebut dilakukan sendiri oleh warga profesi
Dikatakan
juga oleh Shortridge,L.M ( 1985 ), Ciri-ciri profesi esensial suatu profesi
adalah sbb:
1.Berorientasi
pada pelayanan masyarakat
2.Pelayanan
keperawatan yang diberikan didasarkan pada ilmu pengetahuan
3.Adanya
otonomi
4.Memiliki
kode etik
5. Adanya
organisasi profesi.
Mari kita lihat
apakah Keperawatan termasuk PROFESI..???
1. MEMPUNYAI BODY OF
KNOWLEDGE
Tubuh pengetahuan yang dimiliki keperawatan adalah ilmu
keperawatan ( nursing science ) yang mencakup ilmu – ilmu dasar (
alam, sosial, perilaku ),ilmu biomedik,ilmu kesehatan masyarakat,ilmu
keperawatan dasar,ilmu keperawatan klinis dan ilmu keperawatan komunitas.
2.
PENDIDIKAN BERBASIS KEAHLIAN PADA JENJANG PENDIDIKAN TINGGI
Di Indonesia berbagai jenjang pendidikan telah dikembangkan
dengan mempunyai standar kompetensi yang berbeda-beda mulai D III Keperawatan
sampai dengan S3 akan dikembangkan.
3.
MEMBERIKAN PELAYANAN KEPADA MASYARAKAT MELALUI PRAKTIK DALAM BIDANG PROFESI
Keperawatan
dikembangkan sebagai bagian integral dari Sistem Kesehatan Nasional. Oleh
karena itu sistem pemberian askep dikembangkan sebagai bagian integral dari
sistem pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang terdapat di setiap
tatanan pelayanan kesehatan.
Pelayanan/
askep yang dikembangkan bersifat humanistik/menyeluruh didasarkan pada
kebutuhan klien,berpedoman pada standar asuhan keperawatan dan etika
keperawatan.
4. MEMILIKI
PERHIMPUNAN/ORGANISASI PROFESI
Keperawatan harus memiliki organisasi profesi,organisasi
profesi ini sangat menentukan keberhasilan dalam upaya pengembangan citra
keperawatan sebagai profesi serta mampu berperan aktif dalam upaya membangun
keperawatan profesional dan berada di garda depan dalam inovasi keperawatan di
Indonesia.
5. PEMBERLAKUAN KODE ETIK KEPERAWATAN
Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan ,perawat profesional
selalu menunjukkan sikap dan tingkah laku profesional keperawatan sesuai kode
etik keperawatan.
6. OTONOMI
Keperawatan memiliki kemandirian,wewenang, dan tanggung
jawab untuk mengatur kehidupan profesi,mencakup otonomi dalam memberikan askep
dan menetapkan standar asuhan keperawatan melalui proses
keperawatan,penyelenggaraan pendidikan,riset keperawatan dan praktik
keperawatan dalam bentuk legislasi keperawatan( KepMenKes No.1239 Tahun 2001 )
7. MOTIVASI BERSIFAT ALTRUISTIK
Masyarakat profesional keperawatan Indonesia bertanggung
jawab membina dan mendudukkan peran dan fungsi keperawatan sebagai pelayanan
profesional dalam pembangunan kesehatan serta tetap berpegang pada sifat dan
hakikat keperawatan sebagai profesi serta selalu berorientasi kepada
kepentingan masyarakat.
0 Komentar untuk "Komunikasi dalam Pelayanan Kesehatan"