BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit
diare masih merupakan salah satu penyebab utama masalah kesehatan masyarakat
Indonesia, baik ditinjau dari segi angka kesakitan maupun angka kematiannya. Penyakit ini dapat
menyerang semua golongan umur dengan angka kesakitan berkisar 280 per 1000
penduduk dan untuk balita menderita satu sampai satu setengah kali episode
diare setiap tahunnya atau 53% dari semua kesakitan diare.(Dep.Kes.RI,1998).
Angka
kematian diare pada semua umur selama dasawarsa terakhir dapat diturunkan dari
110,1 per 100.000 penduduk (1985) rnenjadi 56 per 100.000 penduduk (1995).
Sedangkan kematian karena diare pada kelompok balita diturunkan dari 5,7 per
seribu balita menjadi 2,5 per seribu balita pada episode yang sama. (Dep.
Kes.RI,1998)
Bedasarkan
UU No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan yang ditetapkan bahwa pembangunan
kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup
sehat bagi seiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat,
diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan kesehatan yang dilaksanakan
secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
Diare
dapat timbul dalam bentuk KLB dengan jumlah penderita dan kematian yang besar.
Fasilitas kasus (CFR) terjadi penurunan yang cukup bermakna dari 35 %
(awal Repelita I) menjadi dibawah 3
% pada akhir Repelita VI. Penurunan CFR yang nyata dikarenakan makin
meningkatnya manajemen penanggulangan KLB. (Dep.Kes. RI, 1998).
Menurut
hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 proporsi penyakit infeksi
dan parasit sebagai penyebab kematian adalah 22,7%. Kematian bayi dibawah umur
1 tahun 33,5% disebabkan oleh gangguan prenatal dan 32,1% oleh penyakit sistem
pernapasan. Diare sebagai bagian dari kelompok penyakit infeksi dan parasit,
proporsinya sebesar 9,6 % sebagai penyebab kematian pada bayi dibawah 1 tahun.
Pada
kematian anak balita golongan umur 1-4 tahun, proporsi penyebab kematian paling
tinggi adalah penyakit sistem pernapasan yaitu sebesar 38,8%, kemudian penyakit
diare serta infeksi/parasit lain masing-masing sebesar 14,3%.
Kematian
anak pada kelompok umur 1-4 tahun terutama disebabkan oleh penyakit infeksi dan
parasit dengan proporsi sebesar 44,7%, pernapasan 13%. Sedangkan pada kelompok
umur 15-34 tahun, penyakit infeksi dan parasit menduduki peringkat pertama
sebagai penyebab kematian yaitu sebesar 36,5%, berturut-turut infeksi dan
parasit lain 16,8%, kemudian TBC 13,9%.
Tingginya
angka kesakitan dan kematian akibat diare disebabkan oleh beberapa faktor yaitu
antara lain kesehatan lingkungan yang belum memadai, keadaan gizi,
kependudukan, pendidikan, faktor musim dan geografi daerah, keadaan sosial
pencegahan pemberantasan penyakit diare tidak akan berhasil baik tanpa adanya
kesadaran yang tinggi dari masyarakat untuk ikut berpartisipasi didalamnya
serta kesiapan petugas kesehatan dilapangan. yang ditandai oleh penduduknya
hidup
dalam lingkungan perilaku
Gambaran
Epidemiologi Penyakit Diare di Pulau laut RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta pusat
pada tahun 2004 menunjukkan bahwa angka kesakitan diare sebanyak 1.066 kasus.
Dengan
melihat data di atas maka sangat penting sekali untuk dilakukan penelitian
tentang Gambaran Epidemiologi Penyakit Diare berdasarkan tempat, orang dan
waktu pemberantasan penyakit diare di Pulau laut RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta
pusat.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat dibuat suatu rumusan
masalah sebagai berikut: bagaimana gambaran epidemiologi dan faktor-faktor yang
berhubungan dengan terjadinya penyakit diare pada anak balita.
1.3 Tujuan Penelitian
1.
Tujuan Umum
Tujuan
mengetahui gambaran epidemiologi penyakit diare di Pulau laut RSAL Dr.
Mintohardjo Jakarta pusat tahun 2004.
2.
Tujuan Khusus
1)
Diketahui hubungan antara karakteristik balita (umur, jenis kelamin, status
gizi) terhadap penyakit diare di Pulau laut RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta pusat
Tahun 2004.
2)
Diketahui hubungan antara faktor pendukung (petugas kesehatan, penatalaksanaan)
terhadap penyakit diare di Pulau laut RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta pusat Tahun
2004.
3)
Diketahui hubungan antara faktor lingkungan (sumber air minum, jamban keluarga)
terhadap penyakit diare di Pulau laut RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta pusat Tahun
2004
1.4 Ruang Lingkup
Mengingat
luasnya masalah dan terbatasnya waktu serta kemampuan yang ada pada penulis,
maka penulis membatasi masalah yaitu bagaimanakah gambaran epidemiologi
penyakit diare pada anak balita dengan mewawancarai orang tua sebagai
koresponden di Pulau laut RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta pusat tahun 2004.
1.5 Manfaat Penelitian
1.
Untuk Menambah ilmu pengetahuan tentang program penyakit menular khususnya
penyakit diare.
2.
Sebagai bahan masukan untuk perencanaan dalam pencegahan dan penanggulangan
penyakit diare dimasa yang akan datang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Diare
Penyakit
diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan
konsistensi tinja melembek sampai mencair dan bertambahnya frekwensi gerak
lebih dari biasanya, lazimnya tiga kali atau lebih dalam sehari (Depkes RI,
1993).
2.2 Penyebab
Kejadian Diare
Penyebab
penyakit diare bisa bermacam-macam yaitu antara lain infeksi, intoxikasi,
malabsorbsi, alergi dan keracunan.
1.
Penyebab Diare Infeksius
Bakteri,
virus dan parasit adalah merupakan penyebab utama diare infeksius. Penyebab
diare karena infeksi dapat disebabkan oleh organisme yang berbeda-beda serta
gejalanya sulit dibedakan antara satu dengan yang lainnya.
a.
Bakteri
Ada beberapa jenis bakteri yang
merupakan penyebab paling penting penyakit diare terutama yang menyerang bayi.
b.
Vibrio cholera
Vibrio
cholera mempunyai 2 biotope yaitu tipe El Tor dan Mask selain itu ada 2
serotipe yaitu Ogawa dan Inaba. Pada tauhn 1961 biotipe El Tor pernah
menyebabkan pandemi ketujuh.
c.
Shigella:
Genus
Shigella dibagi menjadi 4 kelompok serologik yaitu :
–
Shigella
flexneri, adalah kelompok yang paling sering terdapat di Negara berkembang.
–
Shigella
sonei adalah kelompok yang terdapat di negara maju.
–
Shigella
dysentriae tipe 1 adalah penyebab epidemi dengan angka kematian tinggi.
–
Shigella
biydii, kelompok ini jarang ditemui
Pada umumnya Shigella hanya ditemukan pada
manusia dan beberapa jenis binatang primata. Penyebarannya melalui kontak
langsung antara orang yang satu dengan orang yang lainnya. Dengan dosis
infeksius yang rendah (10 s.d 100 organisma) sudah dapat menyebabkan sakit.
Penularan penyakit terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi
(Depkes RI, 1990).
d.
Salmonella
Terdapat lebih dari 2.000 serotipe Salmonella,
dimana sekitar 6 s.d 10 diantaranya menyebabkan gastroenteritis pada manusia.
Dalam hal ini binatang seperti misalnya unggas adalah reservoir utama. Oleh
karena itu penularan penyakit oleh Salmonella dapat terjadi apabila
mengkonsumsi makanan yang berasal dari hewan unggas, daging, telur dan susu.
Gastroenteritis yang diakibatkan Salmonella yang menyerang anak kecil relatif
jarang terjadi di negara berkembang dibanding dengan daerah industri. Hal ini
dimungkinkan karena di negara berkembang pada umumnya anak kecil jarang diberi
makanan dalam kaleng yang merupakan media bagi salmonella. Gastroenteritis yang
diakibatkan Salmonella biasanya berbentuk diare cair akut dengan diikuti rasa
mual, nyeri perut dan demam (Depkes RI,
(1990).
e.
Escherichia coli (E. Coli)
Sampai saat ini sudah ditemukan lima
kelampok Ecoli yaitu enterotoxigenic (ETEC), enterohaemorrhagic (EPEC),
enteroadherent (EAEC), enteroinvasive (EIEC), dan enterohaemorrhagic (EHEC).
f.
Infeksi Virus
Virus menyebabkan 50 % semua diare pada
anak yang datang berobat kesarana kesehatan. Rotavirus dapat menyerang sel-sel
usus, mengubah fungsi dan regenerasinya. Keadaan ini menyebabkan diare dan
gejala umum misalnya malaise dan demam. Penyembuhan terjadi bila permukaan
mukosa telah regenerasi (Depkes RI, 1990).
g.
Infeksi Parasit
Menurut
Sunoto (1990) ada beberapa golongan protozoa yang dapat menyebabkan diare yaitu
:
1.
Entamoeba histolytica
Insiden penyakit ini bertambah sesuai
dengan pertambahan usia. Infeksi ini sering salah diagnosiskan sebab menentukan
ptotozoa ini tidak mudah dan parasit ini sering dikira leukosit
polimorfonuklear. Penyebaran terjadi melalui makanan dan minuman. Kista
E.histolytica sangat kebal terhadap desinfektan kimia, termasuk klorinasai.
(Depkes RI, 1990).
2.
Cyptosporidium
Cyptosporidium adalah parasit bentuk
kokus yang ada pada awalnya dikenal sebagai penyebab diare pada binatang.
Mula-mula ditemukan sebagai penyebab diare cair pada yang menurun kekebalan
tubuhnya, khususnya penderita AIDS. Di negara berkembang parasit ini
menyebabkan 4-11 % kasus diare pada anak Cryptosporidiasis ditularkan melalui
jalur fekal-oral. (Depkes RI, 1990).
3.
Giardia lamblia
Giardia lamblia tersebar luas di
seluruh dunia, dengan angka prevalensi infeksi sampai 100 % pada beberapa
penduduk. Anak berumur 1-5 tahun paling sering dijangkiti. Infeksi Giardia
lamblia biasanya melalui makanan, minuman atau manular dari orang ke orang.
Penularan dari orang ke orang terjadi terutama pada anak yang tinggal di
keluarga yang terlalu padat atau tempat penitipan anak (Sunoto, 1990).
2.3 Penyebab Lain
Selain
beberapa penyebab di atas, diare juga bisa disebabkan oleh faktor faktor lain
misalnya obat, keadaan karena pembedahan, penyakit lain dan infeksi sistematik
serta intoleransi makanan.
lntoleransi
makanan karena kekurangan laktase atau alergi terhadap makanan dapat
menyebabkan diare. Tuberkulosis saluran pencernaan. penyakit
granulomatosiskronik usus misalnya penyakit crohn dan beberapa jenis tumor
dapat juga menimbulkan diare. (Depkes RI, 1990).
2.4 Cara Penularan
Agen infeksius yang menyebabkan
penyakit diare biasanya ditularkan melalui jalur fecal-oral, terutama karena
(Depkes RI, 1990):
1.
Menelan makanan yang terkontaminasi (terutama makanan sapihan) atau air.
2.
Kontak dengan tangan yang terkontaminasi.
3.
Beberapa faktor dikaitkan dengan bertambahnya penularan kuman enteropatogen
perut termasuk (Depkes RI, 1990) :
4.
Tidak memadainya penyediaan air bersih (jumlah tidak cukup).
5.
Air tercemar oleh tinja.
6.
Kekurangan sarana kebersihan (pembuangan tinja yang tidak higienis).
7.
Kebersihan perorangan dan lingkungan yang jelek.
8.
Penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak semestinya.
9.
Tindakan penyapihan yang jelek (penghentian ASI yang terlaiu dini, susu botol,
pemberian ASI yang diselang-seling dengan susu botol pada 4-6 bulan pertama).
2.5 Ukuran Frekwensi Penyakit
Ditinjau
dari sudut epidemiologi, upaya mengukur frekwensi masalah kesehatan ini
termasuk dalam epidemiologi deskrihtif karena hanya sersifat menggambarkan
tentang jumlah masalah kesehatan yang ditemukan saja (Azrul Azwar, 1999).
Beberapa
ukuran frekwensi penyakit menurut Azrul Azwar adalah sebagai berikut:
1. Rate
"Rate" ialah perbandingan
suatu peristiwa dibagi dengan jumlah penduduk memungkin terkena peristiwa yang
dimaksud (population at risk) dalam waktu yang sama yang dinyatakan dalam persen
atau permil. Runus yang dipergunakan untuk menghitung rate ialah :
Rate.
Rate biasanya digunakan untuk
menggambarkan morbiditas penduduk menderita suatu penyakit naik atau
turun disuatu daerah pada waktu tertentu. Beberapa ukuran rate yang
biasanya digunakan adalah sebagai berikut (Azrul Azwar, 1999).
a.
Insiden Rate
Insiden rate adalah jumlah penderita
baru suatu, penyakit yang ditemukan pada suatu jangka waktu tertentu (umunnya
satu tahun) dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit
baru tersebut pada pertengahan jangka waktu yang bersangkutan dalam persen atau
permil.
Rumus
yang dipergunakan untuk mengukur insiden rate ialah :
Insiden rate
contoh : pada suatu daerah dengan
jumlah penduduk pada tanggal 30 Juli 1999 sebanyak seratus ribu orang yang
semuanya rentang terhadap penyakit, ditemukan laporan penderita baru sebagai
berikut : Bulan Januari 50 orang, Maret
100 orang, Juni 150 orang, September 10 orang dan bulan Desember 90 orang.
b. Prevalen
Prevalen ialah gambaran tentang
frekwensi penderita lama dan baru yang ditemukan pada suatu jangka tertentu
,disekelompok masyarakat tertentu. Dengan perkataan lain pada perhitungan nilai
prvalen dipergunakan jumlah seluruh penduduk. Ditinjau dari sudut ini, jelas
bahwa angka prevalen sebenamya bukan suatu rate yang murni, karena mereka yang
tidak mungkin terkena penyakit, juga dimasukkan dalam perhitungan. Secara umum
pervalen ini dibedakan atas dua macam yakni:
(1) Periode Prevalen
Rate
Rumus
yang dipergunakan untuk menghitung nilai period prevalen rate ialah:
contoh
: suatu kantor dengan jumlah karyawarv sebanyak 100 orang, 20 orang diantaranya
sejak 2 bulan yang lalu tidak masuk kantor karena menderita penyakit A, dan
selanjutnya pada hari ini 30 orang lainnya terpaksa pulang karena juga
menderita penyakit, Maka jawabnya:
(2) Poin Prevalance
Poin
Prepalance Rate
Contoh:
satu Fakultas Kesehatan Masyarakat dengan mahasiswa sebanyak 100 orang, kemarin
5 orang mahasiswa menderita penyakit diare, dan hari ini 5 orang lainnya
menderita penyakit diare.
c. Atteck Rate
Contoh Dari 500 orang mahasiswa yang tercatat pacta
FKM X temyata 100 mahasiswa tiba-tiba menderita muntah berak setelah makan gado-gado dikantin kampus. Maka jawabannyaAtteck rate atau angka serangan sebetulnya adalah suatu angka insiden tetapi ada angka
serangan resiko seseorang untuk mendapatkan penyakit eriangsung dalam waktu
singkat, ini mungkin karena faktor penyebab penyakit tersebut hanya bereaksi
dalam tempo yang singkat misalnya keracunan makanan atau wabah (Azrnl Azwar
1999).
d. Angka fatalitas (Case
Fatality Rate)
Angka
fatalitas adalah suatu perbandingan
Angka fatalitas biasa digunakan
untuk melihat keganasan suatu penyakit dan dapat pula melihat keberhasilan
pelayanan kesehatan pada suatu daerah atau
fasilitas kesehatan pada waktu
tertentu.
e.
Ratio
"Ratio"
merupakan suatu perbandingan yang pada umumnya dinyatakan sebagai berikut :
Misalnya
sex ratio, yaitu perbandingan antara jumlah penduduk perempuan. Ratio biasanya
digunakan untuk melihat kecenderungan ratio jumlah laki-laki terhadap jumlah
perempuan pada tahun tertentu, apakah lebih sedikit atau lebih banyak (Azrul
Azwar, 1999).
f. Porsi
“Proporsi"
merupakan suatu perbandingan yang pada umumnya dinyatakan sebagai berikut :
Misalnya,
"proporsi penyakit diare di Rumah sakit A tahuan 1999 adalah 10 berarti
jumlah kejadian penyakit diare di Rumah sakit A tahun 1999 adalah dari seluruh
kasus penyakit yang ada di wilayah Rumah sakit A. Proporsi biasanya digunakan
untuk mengukur angka suatu penyakit terhadap penyakit lainnya. Semakin tinggi
angka proporsi ini berarti semakin banyak kejadian penyakit tersebut
dibandingkan dengan penyakit lainnya dalam suatu wilayah dan waktu tertentu
(Azrul Azwar 1999).
2.6 Epidemiologi
Diare
Epidemiologi diare dapat diartikan sehagai suatu study
menganai kejadian diare, penyebarannya dan faktor-faktor yang menentukan
terjadinya diare pada kelompok penduduk.
1. Penyebaran Diare Menurut Orang
Penyakit diare lebih banyak menyerang golongan umur anak
balita pada daerah endemis, sedangkan pada waktu terjadinya kejadian luar biasa
(KLB) dapat menyerang semua golongan semua umur. Kejadian diare di Indonesia
diperkirakan 40-50 per 100 penduduk per tahun, dimana 70 % - 80 % dari padanya
terjadi pada golongan umur balita. Insiden tertinggi terdapat pada usia dibawah
2 tahun (Sunoto, 1979 ; dalam Asnil dkk, 1982).
2. Penyebaran Diare Menurut Ternpat
Penyebaran diare di suatu ternpat
dengan tempat lainnya berbeda. Perbedaan tersebut disebabkan oleh beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi kejadian diare itu diataranya keadaan geografis,
kebiasaan penduduk, kepadatan penduduk dan pelayanan kesehatan. (Depkes'RI,
1990).
Secara teoritis diketahui bahwa
penularan diare dipengaruhi oleh sanitasi dan hygiene perorangan, namun adanya
perbedaan insiden di suatu tempat juga dipengaruhi oleh spesifikasi tempat
tersebut. Misalnya tempat pemukiman kumuh dengan jumlah penduduk yang padat
akan lebih mudah terjadi penularan secara cepat bila dibandingkan dengan
pemukiman lain yang tidak padat.
3. Penyebaran
Diare Menurut Waktu
Penyebaran diare dapat berada dalam frekwensi dan waktu
tertentu. Variasi kajadian diare rnenurnt waktu berbeda antara daerah satu
dengan yang lainnya. WHO pemah mengadakan penelitian dimana diketahui bahwa
insiden diare dipengaruhi oleh iklim (WHO, 1985).
Sedangkan menurut Winardi Bambang (1982) diperkirakan
sekitar 10 % dari kunjungan ke Rumah Sakit, Balai Pengobatan, Puskesmas,
berdasarkan laporan dari seluruh Indonesia adalah penderita penyaklit diare
serta terlihat pula adanya variasi musim hujan (September - Januari).
2.7 Faktor-faktor yang
mempengaruhi kejadian Diare
Faktor-faktor
yang mempengaruhi kejadian diare antara lain faktor gizi. kepadatan penduduk,
sosial ekonomi, perilaku, dan kesehatan lingkungan (Sutoto.1992 ).
1.
Faktor Gizi
Beratnya dan lamanya diare sangat dipengaruhi oleh status gizi
penderita. Pada penelitian yang cermat insiden diare pada anak bergizi kurang
ternyata saran dengan anak yang gizinya baik. Namun anak yang gizinya menderita
diare lebih berat dan keluaran tinja lebih banyak sehingga dehidrasi lebih
berat. Juga diare pada anak bergizi kurang berlangsung lebih lama, sebagian
karena penyembuhan dan perbaikan kerusakan usus akibat infeksi lebih lambat
terjadi pada anak yang gizinya kurang (Depkes RI. 1990).
Jadi proses diare dan gizi kurang merupakan lingkaran setan.
Diare mendorong anak ke arah gizi kurang, dan gizi kurang mendorong anak ke
arah diare yang lebih berat. Bila lingkaran ini tidak diputus pada waktunya
mungkin dapat amat berat atau karena infeksi lain menimbulkan kematian, karena
diare yang misalnya penemonia. (Depkes RI, 1990).
2.
Faktor Kepadatan Penduduk
Jumlah penduduk yang padat dapat memudahkan terjadinya
penularan diare. Kelompok usia di bawah lima tahun merupakan kelompok umur yang
paling banyak menderita diare. Penelitian tentang hubungan pengetahuan, sikap
dengan kejadian diare pada anak balita yang tinggal bersama ibu dan jumlah
anggota keluarga banyak mempunyai hubungan yang bermakna. (Tandiyo, 1984).
Selain itu rumah tinggal dengan kepadatan 10 meter persegi
atau lebih untuk tiap orang, didapati kejadian diare anak balita 10,3 % di kota
dan 9,7 % di desa. Sedangkan kepadatan kurang dari 10 meter persegi tiap orang
11,8 % dan 13,5 %.
Rumah tinggal merupakan kebutuhan pokok disamping sandang
dan pangan. Demi kenyamanan tinggal di rumah maha seharusnya rumah memenuhi
kebutuhan kondisi tempat tinggal yang sehat. Rumah yang sehat dengan memenuhi
tata ruang yang memenuhi syarat dapat menghindari terjadinya dan menularnya
penyakit. Kepadatan hunian adalah satu unsure kenyamanan tinggal di rumah, perlu
dipikirkan dan diupayakan 10 meter persegi atau lebih tiap orang, mengingat
kepadatan hunian termasuk factor yang mempunyai pengaruh dominan terhadap
kejadian diare anak balita. Dalam analisis ini hampir 60,% anak balita tinggal
di rumah dengan kepadatan kurang dari 10 meter persegi tiap orang. Anilisis
faktor ini menunjukkan anak-anak balita yang tinggal di rumah dengan kepadatan
kurang dari 10 meter persegi tiap orang mempunyai resiko menderita diare 1,37
kali dibanding anak balita yang tinggal di rumah dengan kepadatan 10 meter
persegi atau lebih tiap orang. Risiko ini mengingat menjadi 1,85 setelah
kepadatan hunian berinteraksi dengan faktor sosial demografi dan lingkungan
yang lain (Joko Iriantc dkk ; Analisis Lanjut SDKI, 1994).
3.
Faktor Sosial Ekonomi
Sosial ekonomi masyarakat yang rendah dapat mempengaruhi
tingkat partisipasi aktif dalam melaksanakan upaya pelayanan kesehatan
masyarakat, misalnya meningkatkan fasilitas kesehatan, meningkatkan status gizi
masyarakat. Hal ini merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian diare di
masyarakat. Selain itu masyarakat yang berpenghasilan rendah pada umumnya
mempunyai keadaan sanitasi dan hygiene perorangan yang buruk (Tandiyo, 1984).
4.
Faktor Perilaku Masyarakat
Kebiasaan yang berhubungan dengan keberhasilan. adalah
bagian terpenting dalam penularan kuman diare, mengubah kebiasaan tertentu
seperti mencuci tangan dapat memutuskan penularan. Mencuci tangan dengan sabun
terutama sesudah buang air besar dan sebelum menyiapkan makanan atau makan, telah
dibuktikan mempunyai dampak dalam kejadian diare dan harus menjadi sasaran
utama dalam pendidikan kebersihan, Sebagai contoh rotavirus dapat terdeteksi
dalam air mencuci tangan dari 79 % perawat pasien yang datang dan dirawat di
sebuah rumah sakit di Banglades karena diare (Akral, 1990).
Menurut Sunoto (1990) penurunan 14-48 % kejadian diare dapat
diharapkan sebagai hasil pendidikan tentang kebersihan dan perbaikan kebiasaan.
Kebiasaan adat istiadat dapat mempengaruhi kesehatan
individu. Oleh sebab itu faktor kebiasaan merupakan faktor yang penting dalam
penyebaran terjadinya penyakit diare antara lain penyiapan dan penyimpanan
makanan yang tidak saniter. Tindakan penyapihan yang jelek (penghentian ASI
yang terlalu dini, susu botol 4-6 bulan pertama) serta kebersihan perorangan
(Depkes Rl; Ajar Diare, 1990).
5.
Faktor Kesehatan Lingkungan
Kesehatan lingkungan rnerupakan faktor yang dominan dalam
mempengaruhi kejadian diare di masyarakat. Keadaan kesehatan lingkungan yang
berkaitan erat dengan diare adalah pengadaan air bersih dan jamban keluarga.
Menurut Warsito Sidik (1986) tidak rnereukupinya kebutuhan
air bersih akan menyebabkan masyarakat menggunakan air yang tidak memenuhi
syarat kesehatan untuk kebutuhan rumah tangga sehari-hari. Hal ini dapat memudahkan
masuknya kuman penyakit dan terkontaminasinya rnakanan yang akan dikonsumsi
masyarakat. penggunaan jamban yang tidak saniter akan semudahkan cara penularan
penyakit diare. Berdasarkan penelitian Sidik Wasito di Sumedang menunjukkan
bahwa pada kelompak keluarga yang membuang kotoran secara saniter mempunyai
angka terkena penyakit diare lebih rendah dibandingkan dengan keluarga yang
membuang kotoran yang tidak saniter.
Angka kejadian penyakit diare ternyata dipengaruhi pula oleh
kwalitas persediaan air bersih (minum) Sutrisno Eram (1977) meingatakan bahwa
kejadian tersangka kolera ternyata lebih tinggi di wilayah air dangkal
(Kabupaten Sleman, Bantul dan Kodya Yogyakarta). Sedangkan Sumantri dkb: (1979)
mendapatkan dari 68 keluarga di pinggiran kota Semarang, sebanyak 17,65 %
mempergunakan air minum "baik" dan 82,35 % air minum kotor (rakteri
E. Col' positif) dengan kejadian yang berbeda bermakna (ignatius SP; 1980).
Selain itu penggunaan jamban yang benar dapat mengurangi
risiko diare lebih baik dari pada perbaikan sumber air, walaupun dampak yang
paling tinggi dapat diharapkan dari gabungan kebersihan dan perbaikan sumber
air. Hasil penelitian dampak proyek sumber air dan kebersihan 28 negara
menunjukkan penurunan angka kesakitan diare 22-27 % dan penurunan angka
kematian diare 21-30 % (Sunoto, 1990).
6.
Faktor Musim
Penyakit diare adakalanya dipengaruhi oleh musim. Pada
daerah yang bermusim tropis, diare oleh bakteri cenderung terjadi lebih sering
pada musim panas. Sedangkan diare oleh virus terutama oleh rotavirus cenderung
terjadi Sepanjang tahun dengan peningkatan kekerapan sepanjang bulan musim
kemarau. Sedangkan diare oleh bakteri cenderung memuncak pada musim hujan
(Depkes KL.Ajar Diare, 1990).
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka
Konseptual
Sesuai dengan masalah yang dibahas
maka penulis mencoba menuangkan kerangka konsep atau kerangka berpikir, dengan
menggunakan hubungan yang paling dasar yaitu hubungan antar dua Variabel yaitu
variabel pengaruh (indevenden variabel) atau variabel bebas dengan variabel terpengaruh
(deveneden variabel) atau variabel terikat (Masri Singarimbun dan Sofyan
Effendi, 1987).
3.2 Definisi Operasional
1.
Definisi Diare
Kejadian diare
adalah buang air besar, lembek cair bahkan dapat berupa air saja yang
frekuensinya lebih sering dari biasanya (biasanya 3 kali atau lebih dalam
sehari)
2.
Umur
Umur
adalah kelompok umur penderita diare yang dibagi menjadi :
< 1
tahun
1 - 4
tahun
> 5
tahun
3.3 Definisi Operasional Tabel
No
|
Nama Variabel
|
Definisi Operasional
|
Ketegori
|
Skala
|
A. Variabel Dependen
|
||||
1
|
Kejadian diare pada balita
|
Buang air besar pada balita lebih
dari 3 kali sehari dengan konsistensi encer/lebek bahkan daoat beruoa air saia
|
1=bukan
diare
2=diare
|
Ordinal
|
B. Variabel Independen
|
||||
1.
|
Umur ibu
|
Usia responden pada saat
pengumpulan data dihitoog berdasarkan tahoo kelahiran
|
1=
>20 Tahun
2=21
– 30 Tahun
3= 31 tahun keatas
|
Ordinal
|
2.
|
Jenis kelamin
|
Status gender penderita yang dapat
diketahui dari penampilan fisik yang bersangkutan
|
1=
laki-laki
2=
perempuan
|
Norminal
|
3.
|
Tingkat pendidikan
|
Sekolah formal yang telah
ditamatkan responden pada saat penelitian
|
1=
rendah
2=
sedang
3= tinggi
|
Ordinal
|
4.
|
Pekerjaan ibu
|
Mata pencaharian utama resoonden
oada saat oenelitian
|
1=
bekerja
2= tak bekerja
|
Ordinal
|
5.
|
Pengetahuna ibu
|
Pemahaman responden berkaitan
|
1 = rendah
|
Ordinal
|
ASPEK TATALAKSANA
|
||||
6.
|
Penanganan diare oleh etugas
kesehatan
|
Perilaku yang dilakukan oleh
petugas dalam menangani diaredipelayanan kesehatan
|
1
= tidak dilaksanakan
2 = dilaksanakan
|
Ordinal
|
7.
|
Pemberian obat dirumah oleh
responden
|
Perilaku responden dalam pemberian
obat dirumah setelah dari pelayanan kesehatan
|
1
= tidak diberikan
2 =diberikan
|
Ordinal
|
ASPEK PERILAKU
|
||||
8.
|
ASI/Susu formula/minum banyak
|
Perilaku ibu dalam pemberian ASI
atau susu botol saat anak diare
|
1
= tidak
2 = ya
|
Ordinal
|
9.
|
Pemberian makanan
|
Pemberian makanan saat anak diare
oleh ibu apakah ditingkatkan atau dipuasakan
|
1
= kurang
2 = tidak
|
Ordinal
|
10.
|
Higiene perorangan
|
Perilaku ibu terhadap kebersihan
sehari-hari dirumah terutama perawatan anak
|
1
= buruk
2 = baik
|
Ordinal
|
11.
|
Pembuangan tinja balita
|
Perilaku ibu dalam membuang tinja
anaknya ke WC
|
1
= buruk
2 = baik
|
Ordinal
|
ASPEK PENCEGAHAN
|
||||
12.
|
Pemberian imunisasi campak
|
Memasukkan vaksin campak untuk
menambah daya tahan tubuh anak
|
1
= tidak
2 = ya
|
Ordinal
|
13.
|
Sumber air minum
|
Sumber air minum dijadikan
fasilitas keluarga/masyarakat untuk minum
|
1
= buruk
2 = baik
|
Ordinal
|
14.
|
Sumber air untuk MCK
|
Sumber air yang dijadikan
fasilitas keluarga sehari-hari
|
1
= buruk
2 = baik
|
Ordinal
|
15.
|
Higiene sanitasi
|
Keadaan kebersihan lingkungan yang
mempengaruhi kejadian diare
|
1
= buruk
2 = baik
|
Ordinal
|
3.4 Lembar
Pertanyaan
IDENTITAS
RESPONDEN
Nama
Balita :………………………...Umur………..TB……….cm
BB………Kg
Nama
Responden. : …………………………Umur
……………….tahun.
Alamat : …………………………………………………………………................................
Petunjuk
Pengisian :
1.
Jawablah pertanyaan yang ada pada kuesioner denganjawaban yangjujur
2.
lsilah kotak kosong yang disediakan disamping pertanyaan dengan memberi tanda
ceklis (v) dengan menggunakan Bolpoint tinta warna hitam
3.
Sebagai contoh : apabila ibu mengetahui ten tang penyakit diare isilah kolom
sebelah kanan dengan memberi tanda ceklis (v) yang anda anggap benar? Contoh :
Apakah ibu.mengetahui tentang
penyakit diare ?
1)
Tidak [ v ]
2)
Ya [ ]
1. Pendidikan :
1.
Tidak tamat SD [ ]
2. SD [ ]
3.
SLTP [ ]
4.
SLTA [ ]
5.
Perguruan Tinggi [ ]
2. Pekerjaan :
1. PNS [ ]
2.
Karyawan Swasta [ ]
3.
Pedagang [ ]
4.
Petani [ ]
5.
Buruh [ ]
6.
Tidak Bekerja ibu rumah tangga [ ]
3. Jenis Kelamin :
1)
Laki-laki [
]
2)
Perempuan [ ]
4. Status gizi :
1)
Baik [ ]
2)
Sedang [
]
3)
Buruk [
]
5.
Apakah anda mendengar atau mendapat penyuluhan dari petugas kesehatan tentang
penyakit diare ?
1.
Pernah [ ]
2.
Tidak Pemah [
]
6. Menurut anda apa yang
dimaksud dengan diare ?
1.
Buang air besar lebih dari 4 kali sehari [ ]
2.
Tinja encer dan sering [ ]
3.
Tidak tahu [ ]
7. Menurut ibu, bila anak
menderita diare, bagaimana bentuk kotorannya :
1.
Tidak tahu [ ]
2.
Padat [ ]
3.
Bercampur darah [ ]
4.
Cair/encer [ ]
8.
Bila seorang anak menderita diare/mencret, berapa kali sehari ia buang air
besar?
1) 1
kali [ ]
2) 2
kali [ ]
3) 3
kali [ ]
4)
> 3 kali [ ]
9. Menurul ibu, apa yang
menyebabkan anak sakit diare ?
1)
Tidak tahu [ ]
2)
Masuk angin [ ]
3)
Cacingan [ ]
4)
Makanan tidak bersih [ ]
10.
Menurut ibu, apakah anak yang diare dapat menularkan penyakitnya pada orang
lain?
1)
Tidak tahu [ ]
2)
Dari tangan langsung kemulut [ ]
3)
Dari kuman penyebab penyakit [ ]
11. Bagaimana cara mencegah diare ?
1)
Tidak tahu [ ]
2)
Anak jangan diberi ASI [
]
3)
Menjaga kebersihan tangan, [
]
12. Bila bayi ibu menderita diare, apakah ASlnya masih
boleh diteruskan ?
1)
Tidak [ ]
2) Ya [ ]
13. Menurut ibu bagaimana cara mencuci peralalan
makanan yang benar?
1)
Tidak tahu [ ]
2) Dengan air dicelupkan ke ember [ ]
3) Dengan air bersih dari
sabun [ ]
14.
Menurut anda, apa tindakan yang dilakukan petugas kesehatan di Puskesmas I Klinik
terhadap diare ?
1.
Diberi oralit [ ]
2.
Diberi obat tambahan [ ]
3.
Di infuse [ ]
4.
Pertolongan lambat [
]
5.
Dipersulit / tidak ditangani [
]
15. Setelah diberi obat dari
Puskesmas, apakah obat tersebut diberikan sesuai instruksi dokter ?
1. Ya,
diberikan [ ]
2.
Kadang-kadang jika ingat [ ]
3.
Disimpan untuk persediaan [ ]
16. Menurut anda, berapa meter jarak yang benar antara
WC ke sumur ?
1. 1 m
– 3 m [ ]
2. 4 m
– 6 m [ ]
3. 7 m
– 10 m [ ]
17. Menurut anda, sumber air minum yang baik berasal
dari mana?
1. Air
pam [ ]
2.
Sumur gali [ ]
3.
Sumur pompa tangan [ ]
4. Air
sungai [ ]
18.
Jika anda tidak setuju, apa yang anda lakukan dalam pemberian makanan terhadap penyakit
diare ?
1.
Setuju [ ]
2. Tidak setuju [ ]
19. Jika anda tidak setuju,
apa yang anda lakukan dalam pemberian makanan terhadap penderita penyakit
diare?
1.
Ditingkatkan [ ]
2.
Biasa saja [ ]
3.
Dikurangi [ ]
20. Menurut kebiasaan anda, kemana buang tinja/buang
air besar ?
1. WC [ ]
2. Empang [ ]
3.
Pembuangan air cucian [ ]
4. Kebun / sawah [ ]
5.
Sungai /selokan [ ]
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
1. Penyakit diare adalah suatu
penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja melembek
sampai mencair dan bertambahnya frekwensi gerak lebih dari biasanya, lazimnya
tiga kali atau lebih dalam sehari (Depkes RI, 1993).
2. Bakteri, virus dan parasit adalah
merupakan penyebab utama diare infeksius. Penyebab diare karena infeksi dapat
disebabkan oleh organisme yang berbeda-beda serta gejalanya sulit dibedakan
antara satu dengan yang lainnya.
3.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian diare antara lain faktor gizi.
kepadatan penduduk, sosial ekonomi, perilaku, dan kesehatan lingkungan
(Sutoto.1992 ).
4.2 Saran
1.
Dengan membaca makalah ini diharapkan masyarakat tahu dan tanggap dalam
menanggapi penyebaran penyakit diare.
2.
Masyarakat tahu cara mencegah penyebaran diare dan menangani keluarganya yang
terkena diare.
DAFTAR PUSTAKA
0 Komentar untuk "Epidemi Penyakit Diare"